MATERI PELAJARAN IPAL KELAS : XI ALOKASI WAKTU : 4 JAM PELAJARAN MATERI POKOK : Kitab Daniel
1. Kitab Daniel
Kitab Daniel adalah salah satu kitab Alkitab yang memuat suatu "laporan aktivitas-aktivitas dan penglihatan-penglihatan Daniel, seorang Yahudi terhormat dalam pembuangan di Babel."[1] Dalam Alkitab Ibrani, kitab ini terdapat dalam Ketuvim (tulisan-tulisan); sedangkan dalam Alkitab Kristen dikelompokkan dalam Nabi-nabi Besar.[2] Dengan demikian Kitab Daniel dipandang sebagai teks kanonik baik dalam keyakinan Yahudi maupun Kristen.
Kitab ini terbagi menjadi dua bagian, serangkaian kisah istana dalam bab/pasal 1–6 yang dilanjutkan dengan empat penglihatan apokaliptik dalam pasal 7–12.[3] Apokrifa atau bagian deuterokanon mengandung tiga cerita tambahan: Lagu Pujian Ketiga Pemuda, Susana, serta Dewa Bel dan Naga Babel.
Kitab ini menurut tradisi dianggap berasal dari Daniel sendiri, sementara konsensus keilmuan modern menganggap kitab ini pseudonim, kisah-kisah di bagian pertama legendaris asalnya, dan penglihatan-penglihatan di bagian kedua dihasilkan oleh para penulis anonim pada zaman kaum Makabe (abad ke-2 SM). Namun berdasarkan penganggalan fragmen-fragmen paling awal Kitab Daniel di antara Naskah Laut Mati, para akademisi modern lainnya menyimpulkan bahwa Kitab Daniel dianggap sebagai suatu teks Ibrani kanonik sebelum zaman kaum Makabe. Pesan yang terkandung adalah bahwa sama seperti Allah Israel menyelamatkan Daniel dan teman-temannya dari para musuh mereka, demikian pula Ia akan menyelamatkan seluruh Israel dari penindasan yang mereka alami saat ini.
Pengaruh kitab ini bergema melewati masa-masa setelahnya, dari komunitas Naskah Laut Mati serta para penulis Injil dan Wahyu, sampai berbagai gerakan dari abad ke-2 hingga Reformasi Protestan dan gerakan-gerakan milenialis modern —yang mendapat pengaruh besar darinya.
2. Penulis Kitab Daniel
Menurut tradisi, Kitab Daniel diyakini ditulis oleh orang yang bernama sama (yaitu Daniel) pada masa dan tak lama sesudah pembuangan di Babel pada abad ke-6 SM. Sementara kebanyakan sarjana Kristen konservatif dan Yahudi Ortodoks masih menegaskan tanggal ini sebagai waktu yang realistik, di kalangan sarjana liberal terdapat konsensus bahwa arkeologi dan analisis tekstual menunjukkan waktu penulisan yang jauh di kemudian hari.
3. Bahasa
Daerah perdebatan besar terakhir menyangkut masa penulisan Daniel berkaitan dengan bahasa yang digunakan.
· Daniel 1:1-Daniel 2:3 aslinya ditulis dalam bahasa Ibrani
· Di Daniel 2:4 tertulis: "Lalu berkatalah para Kasdim itu kepada raja (dalam bahasa Aram)". Sejak itu maka teks ini aslinya ditulis dalam bahasa Aram sampai di akhir pasal 7. Rupanya bahasa Aram digunakan sebagai bahasa resmi saat itu untuk orang-orang terpelajar.
· Mulai pasal 8 (Daniel 8:1), teks ini menurut Teks Masoret ditulis dalam bahasa Ibrani lagi sampai akhir kitab.
Banyaknya salinan Kitab Daniel di antara Naskah Laut Mati memastikan bahwa penggunaan 2 bahasa ini memang demikian adanya dan bukan kesalahan penyalinan pada masa kemudian.
Kedua rujukan yang digunakan untuk menetapkan masa penulisan bahasa Aram adalah naskah Samaria yang berasal pada masa yang sezaman (abad ke-4 SM) dan Naskah Laut Mati (abad ke-2 SM sampai abad pertama M). Menurut John Collins dalam tafsiran 1993-nya, Daniel, Hermennia Commentary, bahasa Aram dalam Daniel hampir secara universal dianggap oleh para sarjana berasal dari bentuk yang belakangan yang digunakan di Samaria pada masa yang sama, tetapi bentuk bahasa ini dianggap oleh banyak orang sedikit lebih awal daripada apa yang digunakan dalam Naskah Laut Mati. Oleh karena itu, kisah-kisah Aram dalam pasal 2-6 dianggap oleh sebagian pakar telah ditulis lebih awal dalam masa Helenistik daripada sisa kitab ini, dengan kisah tentang penglihatan dalam pasal 7 sebagai satu-satunya bagian berbahasa Aram yang berasal dari masa Antiokhus. Namun sebagaimana dijelaskan di bagian "Antiokhus IV", bukti-bukti dari berbagai fragmen dan juga dari Septuaginta memberi kesimpulan bahwa Kitab Daniel ini sudah lengkap jauh sebelum Antiokhus dilahirkan. Lagi pula studi lebih lanjut membuktikan ciri-ciri bahasa Aram dalam kitab Daniel lebih mirip kepada dialek timur (Babilonia, Persia) daripada dialek barat yang dipakai di daerah Yudea dan Siria.
Bahasa Ibrani dalam kitab ini, betapapun juga, mirip dengan yang ditemukan dalam Naskah Laut Mati, sehingga ada dugaan tanggal pembuatan pada masa abad kedua SM untuk bagian-bagian berbahasa Ibrani dari kitab ini (pasal 1 dan 8-12). 2 Namun, mengingat waktu itu bahasa sehari-hari adalah bahasa Aram, maka bahasa Ibrani tidak lagi berkembang seperti yang diasumsikan, dan bahasa Ibrani dalam kitab Daniel ini mirip dengan kitab-kitab sebelum Pembuangan ke Babel.
Bahasa Aram yang digunakan dalam kitab ini sudah diteliti merupakan bahasa Aram kerajaan ("Imperial Aramaic") yang digunakan paling sedikit sejak abad ke-7 SM dan dipakai penuh sampai abad ke-3 SM, kemudian menjadi usang karena muncul perkembangan bahasa baru. Dengan demikian dari segi bahasa Aram, kitab Daniel kemungkinan ditulis antara awal abad ke-6 sampai awal abad ke-2, dengan mengingat pola gramatikanya mempunyai kecenderungan jauh sebelum tahun 300 SM.[12]
4. Empat Kerajaan
Kebanyakan sarjana Alkitab menganggap bahwa keempat kerajaan yang dimulai dengan Nebukadnezar, yang disebutkan dalam penglihatan tentang patung Nebukadnezar dalam Daniel 2, identik dengan empat kerajaan “akhir zaman’ yang disebutkan dalam penglihatan pada pasal 7, dan biasanya menganggap kerajaan-kerajaan itu adalah
(1) Babel,
(2) Media,
(3) Persia, dan
(4) Yunani (Collins). Sebagian orang Kristen konservatif mengidentifikasikannya sebagai
(1) Babel,
(2) "Media-Persia,"
(3) Yunani, dan
(4) Roma (mis. Young); yang lainnya (mis. Stuart, Lagrange) mendukung skema berikut ini:
(1) Neo-Babel,
(2) Media- Persia,
(3) kerajaan Yunani dari Alexander Agung, dan
(4) saingannya, Diadochi, yaitu. Mesir dan Suriah.
5. Kata-kata pinjaman
Ada tiga kata Yunani yang dialihaksarakan ke dalam bahasa Aram yang digunakan di dalam pasal 3 ayat 5, 7, 10 dan 15. Ini dianggap sebagai indikasi bahwa Kitab Daniel ditulis pada zaman budaya Yunani (setelah abad ke-4 SM, yaitu sesudah zaman Aleksander Agung). Ketiga kata Aram-Yunani ini digunakan untuk alat-alat musik: "קיתרוסכ" (qî·ṯā·rō·ws·k; bahasa Yunani: κιθαρις, kithara), "פסנתרין" (pə·san·tê·rîn; bahasa Yunani: ψαλτηριον, psalterion) dan "סומפניה" (sū·mə·pō·nə·yāh; bahasa Yunani: συμφωνια, symfonia).
Adanya kata Yunani 'symphonia' (simfoni) menurut Rowlings paling awal digunakan pada abad ke-2 SM, tetapi sekarang diketahui bahwa kata ini digunakan jauh lebih awal, baik dalam pengertian sebagai alat musik spesifik dan sebagai istilah untuk merujuk kepada sebuah kelompok alat musik yang dimainkan dalam satu suara. Pythagoras menggunakan istilah ini untuk sebuah alat musik pada abad ke-6 SM, sementara penggunaannya untuk sebuah kelompok yang bermain bersama-sama ditemukan pada abad ke-6 SM 'Hymni Homerica, ad Mercurium 51'. Diduga alat-alat musik ini dibawa ke Mesopotamia pada masa Neo-Babel melalui para serdadu sewaan dari Yunani dan Lidia yang turut dalam peperangan antara Asyur, Babilon dan Persia. Jadi, penafsiran sebagai anakronisme sudah tidak lagi diterima luas.
Juga terdapat 19 kata pinjaman bahasa Persia di dalam kitab ini, kebanyakan daripadanya berkaitan dengan posisi-posisi pemerintahan. Ini membuat kecil kemungkinan Kitab Daniel ditulis di daerah Palestina (terutama berbahasa Aram), yang setelah abad ke 4 SM semakin jauh dari pengaruh Persia, lebih banyak mendapat pengaruh Yunani (akibat kedatangan Aleksander Agung), dan lebih besar kemungkinan Kitab Daniel ditulis di Persia pada saat istilah-istilah itu masih sering digunakan (sebelum abad ke-4 SM).
Penggunaan kata ‘Kasdim'
Kitab Daniel menggunakan istilah "Kasdim" untuk merujuk kepada sebuah kelompok etnis Babel dan kepada para ahli bintang pada umumnya. Menurut Montgomery dan Hammer, penggunaan kata ‘Kasdim’ oleh Daniel untuk merujuk para ahli bintang pada umumnya adalah suatu anakronisme, karena pada masa Neo-Babel dan awal Persia ketika Daniel konon hidup, kata itu hanya merujuk kepada suatu kelompok etnis. Bandingkan dengan Orakel Kasdim yang belakangan. Pendapat ini tidak lagi lazim dengan munculnya berbagai penemuan serta analisis yang lebih lanjut.
Daniel di gua singa.
Bagian yang pertama, keenam pasal pertamanya, terdiri atas serangkaian kisah istana yang tidak terangkai erat, menjalin narasi-narasi yang besifat mengajar, atau kisah-kisah mujizat. Cerita yang pertama ditulis dalam bahasa Ibrani, lalu bahasa Aram digunakan mulai dari pasal 2:4, dimulai dengan pembicaraan tentang “para Kasdim” hingga pasal 7. Kemudian bahasa Ibrani digunakan lagi mulai dari pasal 8 hingga pasal 12.
1. Daniel menolak makan daging di istana
2. Nebukadnezar bermimpi tentang "patung yang dibuat dari empat jenis logam" dengan kakinya yang dibuat dari campuran besi dan tanah liat, yang ditafsirkan Daniel sebagai empat kerajaan berturut-turut (bandingkan Kerajaan Kelima)
3. Kisah tentang "dapur api", tempat Hananya (Sadrakh), Misael (Mesakh) dan Azarya (Abednego) dibuang, karena menolak untuk menyembah kepada patung emas; Allah menyelamatkan mereka dari api tersebut
4. Nebukadnezar menceritakan mimpinya tentang sebuah pohon yang tinggi, lalu menjadi gila dan kemudian waras kembali
5. Pesta Belsyazar; di sini Daniel menafsirkan tulisan mene mene tekel upharsin
6. Daniel di gua singa
Narasi ini ditempatkan pada masa Pembuangan di Babel, mula-mula di istana Nebukadnezar dan penggantinya di kemudian hari, Belsyazar, dan kemudian pada zaman pemerintahan 'Raja Darius' yang tidak jelas identitasnya (lih. 'Keakuratan sejarah' dan 'Waktu penulisan' di bawah). Daniel dipuji dalam Easton's Bible Dictionary, 1897, sebagai "sejarawan di Pembuangan, satu-satunya penulis yang dapat memberikan laporan tentang rangkaian kejadian pada masa yang gelap dan berat pada saat harpa Israel tergantung di pohon-pohon yang bertumbuh di tepi Sungai Efrat." Kisahnya boleh dikatakan pada umumnya menyelingi di antara Kitab Raja-raja dan Kitab Tawarikh di satu pihak dengan Kitab Ezra di pihak lain, atau (lebih tepatnya) mengisi catatan singkat yang diberikan oleh penulis Tawarikh dalam satu ayat saja dalam pasalnya yang terakhir: "Mereka yang masih tinggal dan yang luput dari pedang diangkutnya ke Babel dan mereka menjadi budaknya dan budak anak-anaknya sampai kerajaan Persia berkuasa."
Daniel muncul sebagai penafsir mimpi dan penglihatan dalam narasi-narasi ini, namun bukan sebagai seorang nabi.
Tambahan Daniel (tradisi teks Yunani)
Teks Yunani Kitab Daniel jauh lebih panjang daripada teks dalam Alkitab Ibrani karena ada tiga kisah tambahan:
· Doa Azarya dan Lagu Pujian Ketiga Pemuda: disisipkan sebagai Daniel 3:24–90 di antara ayat 23 dan 24 dalam Alkitab Ibrani
· Kisah Susana dan Daniel: ditempatkan sebelum Daniel 1:1 dalam beberapa versi Yunani dan yang lain menempatkannya sebagai bab 13
· Dewa Bel dan Naga Babel: ditempatkan di akhir kitab
Tambahan Daniel diterima oleh semua kelompok dalam Kekristenan sampai gerakan Protestan menolaknya pada abad ke-16 dengan pertimbangan bahwa tambahan-tambahan ini tidak terdapat dalam Alkitab Ibrani; semua tambahan ini hingga sekarang tetap ada dalam Alkitab Katolik dan Alkitab Ortodoks.[14]
Penglihatan-penglihatan apokaliptik dalam Daniel
Bagian yang kedua, enam pasal sisanya, berisi tentang penglihatan-penglihatan, sebuah contoh awal dari sastra apokaliptik. Di sini si penulis, yang kini berbicara sebagai orang pertama, mengungkapkan sebuah penglihatan yang hanya diberikan kepadanya saja. Latar belakang historis dari pasal pertamanya tidak muncul, kecuali dalam bentuknya yang sangat singkat, yang terdiri dari tanggal-tanggal regnal dates. Bagian ini pun terdiri dari dari dua bahasa, sebagian (hingga 7:28) ditulis dalam bahasa Aram, sisanya (pasal 8-12) dalam bahasa Ibrani. Bagian apokaliptik dari Daniel terdiri dari tiga penglihatan dan sebuah komunikasi kenabian yang panjang, yang terutama berkaitan dengan masa depan Israel:
1. Penglihatan pada tahun pertama Belsyazar Raja Babel (7:1) mengenai empat binatang buas yang besar (7:3) mewakili empat raja (7:17) dan empat kerajaan (7:23) yang akan datang, dan yang keempat akan menelan seluruh bumi, menginjak-injak, dan menghancurkannya (7:23); kerajaan keempat ini menghasilkan sepuluh orang raja, dan kemudian, orang kesebelas yang khusus, muncul dari kerajaan keempat yang menaklukkan tiga dari sepuluh raja (7:24), berbicara melawan Yang Maha Tinggi dan orang-orang kudus dari Yang Maha Tinggi, dan bermaksud mengubah masa dan hukum (7:25); setelah suatu masa dan satu setengah masa (tiga setengah tahun), orang ini dihakimi dan wilayahnya pun diambil daripadanya (7:26). Lalu kerajaan itu dan wilayahnya dan kebesaran kerajaan-kerajaan di bawah seluruh langit itu diserahkan kepada orang-orang kudus dari Yang Maha Tinggi (7:27)
2. Penglihatan dalam tahun ketiga Belsyazar mengenai seekor domba jantan dan seekor kambing jantan (8:1-27); Daniel menafsirkan kambing itu sebagai "kerajaan Yawan" artinya, kerajaan Yunani (8:21)
3. Penglihatan pada tahun pertama dari Darius anak Ahasyweros (9:1) mengenai tujuh puluh minggu, atau tujuh puluh kali "tujuh", yang dibagi ke dalam sejarah bangsa Israel dan Yerusalem (9:24)
Penglihatan-penglihatan kenabian dan eskatologis Daniel, dengan penglihatan-penglihatan Yehezkiel dan Yesaya, adalah ilham kitab suci bagi banyak ideologi dan simbolisme apokaliptik dari Naskah Laut Mati komunitas Qumran dan sastra awal kekristenan. "Hubungan Daniel yang jelas dengan pemberontakan Makabe di Palestina tidak disangsikan merupakan salah satu alasan mengapa para prabi, setelah pemberontakan melawan Roma, menurunkannya dari posisinya di antara 'Nabi-nabi'" (Eisenman 1997, hlm. 19f).Dalam Daniel terdapat rujukan-rujukan pertama kepada "kerajaan Allah", dan rujukan yang paling jelas terhadap kebangkitan orang mati di dalam Tanakh.
Catatan Sejarah atau Nubuat
Penglihatan Daniel dan penjelasan Gabriel sedemikian akurat sehingga sejumlah skeptik menganggap tulisan itu dibuat setelah kejadian telah berlangsung—yaitu setelah tahun 164 SM, sebagai suatu "catatan sejarah"—bukan ditulis pada tahun 550 SM sesuai informasi pemerintahan raja Belsyazar di Babel. Menjelang awal abad ke-5 Masehi, Hieronimus yang menjadi penulis Kristen terkemuka waktu itu, menulis sebuah komentari Kitab Daniel, di mana ia menyebut seorang skeptik bernama Porphyry,
"...yang menulis kitab ke-12 menentang nubuat Daniel, menyangkal bahwa kitab itu ditulis oleh orang yang bernama Daniel, melainkan oleh orang-orang yang tinggal di Yudea pada zaman Antiokhus dengan gelar Epiphanes. Ia juga menuduh “Daniel” tidak meramalkan masa depan, melainkan menceritakan apa yang telah terjadi pada masa lampau…. Karena Porphyry melihat semua ini digenapi dan tidak dapat menyangkal memang pernah terjadi, ia mengatasi bukti keakurasian sejarah ini dengan berlindung pada pengalihan ini…. Begitu menakjubkan ketepatan ramalan nabi, sehingga ia tidak tampak bagi orang tidak percaya sebagai peramal untuk masa depan, melainkan narator untuk hal-hal yang telah lampau"
Alasan semacam ini masih muncul di kalangan skeptik pada zaman modern ini, meskipun muncul lebih banyak bukti bahwa Kitab Daniel ini benar-benar telah lengkap ditulis sebelum kejadiannya berlangsung dan secara khusus pasal 8 ini ditulis pada abad ke-6 SM. Bukti-bukti tersebut antara lain dapat dicantumkan di sini.
Keakurasian
Alasan utama menganggap Kitab Daniel ditulis pada abad ke-2 adalah keakurasiannya. Hal ini merupakan penalaran berputar (circular reasoning), di mana para skeptik mengakui tulisan itu benar-benar akurat dan karena itu tidak mungkin ditulis sebelumnya, hanya karena mereka mengambil asumsi yang salah bahwa nubuat atau ramalan apapun tidak mungkin terjadi. Jadi mereka tidak mau mengatakan bahwa Kitab Daniel merupakan nubuat ramalan karena mereka tidak mengakui nubuat ramalan itu ada
Bukti intenal mengenai penulis
Kitab Daniel dikatakan ditulis oleh seorang bangsa Israel bernama Daniel yang berada dalam pembuangan di Babel, dan ini dicantumkan beberapa kali dalam buku ini sendiri (ayat-ayat 7:2,15; 8:1,27; 9:2; 12:5). Tambahan pula, buku ini memberikan pernyataan yang spesifik misalnya, “pada tahun kedua pemerintahan Nebukadnezar” (ayat 2:1), “pada tahun ketiga pemerintahan raja Belsyazar” (ayat 8:1), dan “pada tahun pertama Darius putra Ahasuerus” (ayat 9:1), yang merujuk penanggalan tertentu pada abad ke-6 SM. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa tahun-tahun itu tidak masuk akal.[16]
Kitab Daniel di antara Naskah Laut Mati
Sejumlah salinan kitab Daniel ditemukan di dalam gua-gua Qumran di antara kumpulan naskah kuno dari abad ke-3 SM yang disebut sebagai Naskah Laut Mati. Pertama, fakta bahwa ada banyak salinan kitab ini menunjukkan bahwa nubuat Daniel dipandang dengan rasa hormat. Bruce Waltke menyatakan: “Penemuan naskah-naskah Daniel di Qumran berasal dari periode Makabe membuat tidak mungkin kitab itu disusun pada zaman Makabe” (133:321).[17] Pada zaman Makabe, Kitab Daniel sudah dihormati sedemikian rupa, sebagai kitab suci yang disalin dan disimpan bersama-sama naskah kuno berharga lainnya di Qumran. Kedua, ketika mempelajari bagian dari Kitab Ayub yang ditemukan di Qumran, fragmen yang diberi kode 11QtJob, Robert Vasholz menyatakan bahwa komposisi fragmen “tampaknya berasal dari akhir abad ke-3 atau awal abad ke-2 SM” (halaman 319).[18] Ia membandingkan fragmen ini dengan bagian naskah kitab Daniel dan menyimpulkan bahwa data-data "menunjukkan salinan kitab Daniel dibuat sebelum 11QtJob dan membuat kami percaya bahwa sekarang ada bukti dari Qumran yang mengindikasikan penanggalan sebelum abad ke-2 bagi naskah bahasa Aram kitab Daniel” (halaman 320).[18] Jadi bukan hanya adanya salinan kitab itu di Qumran yang memberi bukti penulisannya sebelum abad ke-2 SM, tetapi juga bahasa Aram yang dipakai dalam kitab itu merujuk kepada waktu yang lebih lampau.[16]
Penggunaan nama Belsyazar]
Silinder Nabonidus memuat perkataan Nabonidus, "...Belsyazar anak sulungku,..."
Selama bertahun-tahun, pencantuman nama "Belsyazar" dalam kitab Daniel mendapat kecaman kuat sebagai kesalahan sejarah, karena selama itu hanya diketahui bahwa Nabonidus adalah raja terakhir Babilon dan tidak pernah muncul nama Belsyazar, sehingga dianggap sebagai rekaan penulis. Sejarawan Yunani pada abad ke-5 SM, Xenophon[19] maupun Herodotus[20] menceritakan jatuhnya Babel ke tangan Koresh Agung, tetapi keduanya tidak menyebutkan nama raja Babel. Lebih jauh, daftar raja yang disusun oleh Berossus dan Ptolemeus menyebutkan nama Nabonidus (bahasa Akkadia: Nabû-nā'id) sebagai Raja Babel terakhir, namun tidak menyebutkan nama Belsyazar. Sekarang telah ditemukan sejumlah prasasti kuno, antara lain Silinder Nabonidus, yang menunjukkan bahwa “dalam sebagian besar masa pemerintahan Nabonidus, putra sulungnya, Belsyazar, bertindak sebagai raja bersama” (133:328).[17] Hal ini menyebabkan Waltke menyimpulkan: “Jelaslah, bahwa dari pembacaan langsung kitab Daniel, penulis memiliki pengetahuan sejarah yang lebih akurat tentang sejarah Neo-Babylonia dan awal Akhameniyah Persia daripada sejarawan manapun sejak abad ke-6 SM.” (halaman 328).[17] Pada dasarnya, nama Belsyazar (Belshazzar) lenyap dari catatan sejarah sejak sekitar tahun 450 SM, sampai Tawarikh Nabonidus ditemukan dan dipublikasikan pada tahun 1882. Dengan demikian penulis kitab Daniel tidak mungkin dari abad ke-2 SM, karena saat itu tidak ada yang mengetahui perihal pemerintahan bersama Nabonidus dan Belsyazar.
Kesaksian Yosefus akan tahun penulisan kitab Daniel
Sejarawan Yahudi dari abad pertama Masehi, Flavius Yosefus, menuliskan sejarah Yahudi untuk pembaca Romawi, mendukung fakta bahwa kitab Daniel ditulis jauh sebelum abad ke-2 SM. Pertama, Yosefus menyatakan kepercayaan orang-orang Yahudi bahwa Kitab Daniel termasuk buku nubuat yang tergolong kitab suci. Ia menulis bahwa orang yang ingin tahu aspek tertentu buku nubuat wajib “dengan rajin membaca Kitab Daniel, yang termasuk ke dalam kumpulan kitab suci”[21] Beberapa paragraf kemudian, setelah menyampaikan informasi yang dikutip langsung dari kitab Daniel, Yosefus menulis, “Jangan ada orang yang menyalahkanku karena menuliskan semuanya ini dengan cara demikian, karena aku menemukannya dalam kitab-kitab kuno kami” (10:10:6). Jadi Yosefus memandang kitab Daniel sebagai “kitab suci” dan "kitab kuno" yang tidak diragukan keasliannya oleh seluruh komunitas Yahudi.
Juga dalam bukunya "Melawan Apion" (Against Apion), Yosefus menjelaskan bahwa bangsa Yahudi menghormati ke-22 kitab suci mereka sebagai ilham ilahi, termasuk Daniel di antaranya. Mengenai tahun penulisan kitab, Yosefus mengatakan: “Sejak kematian Musa sampai masa pemerintahan raja Artahsasta, raja Persia, yang memerintah setelah Xerxes, para nabi, yang hidup setelah Musa, menuliskan apa yang terjadi dalam masa hidup mereka dalam 13 kitab” (1:8). Kemudian dijelaskan bahwa para penulis Yahudi tertentu telah menulis kitab-kitab sejarah setelah masa Artahsasta, tetapi tulisan mereka tidak dihargai “dengan otoritas sebagaimana yang terdahulu oleh para leluhur kami” (1:8). Jadi Yosefus memandang kitab Daniel sebagai kitab suci dan menyatakan bahwa tidak ada kitab suci yang ditulis setelah masa pemerintahan Artahsasta yang oleh pakar sejarah ditetapkan antara tahun 465 SM sampai 424 SM (“Artaxerxes,” 2011). Dengan demikian Yosefus dan bangsanya memandang kitab Daniel sudah dihormati sebelum tahun 424 SM.
Lagipula, ketika Yosefus menulis mengenai penaklukan oleh Aleksander Agung (336-324 SM), ia menyebut Kitab Daniel lagi. Dicatatnya ketika Aleksander tiba di tanah Yudea, salah satu imam menunjukkan kitab Daniel: “Dan ketika kitab Daniel ditunjukkan kepadanya, di mana Daniel menyatakan orang Yunani akan menghancurkan kerajaan Persia, ia menganggap orang itu adalah dia sendiri” (Antiquities, 11:8:5). Aleksander datang ke Yerusalem, memperlakukan Imam Besar “dengan luar biasa,” dan mempersembahkan korban bagi Allah di dalam Bait Suci. Ia juga berjanji untuk membiarkan orang Yahudi “menikmati hukum-hukum para leluhur mereka.” Lagipula, setelah Yosefus membahas nubuat Daniel di pasal 8, ia menyatakan: “Dan sesungguhnya hal itu terjadi, bahwa bangsa kami menderita semua ini di bawah Antiokhus Epiphanes, menurut penglihatan Daniel, dan ia menulisnya bertahun-tahun sebelum peristiwa itu terjadi”[22]
Penggunaan “Daniel” oleh orang Kristen
Seperti yang disebutkan di atas, Doa Azarya dan Nyanyian Ketiga Anak dari bagian Kitab Daniel yang deuterokanonik digunakan secara luas dalam doa Ortodoks dan Katolik.
Berbagai episode dalam paruhan pertama dari kitab ini digunakan oleh orang Kristen sebagai cerita-cerita yang bermuatan pesan moral, dan sering dianggap sebagai kejadian-kejadian yang kelak akan muncul dalam kitab-kitab Injil.
Bagian apokaliptik terutama sangat petning bagi orang Kristen karena gambaran tentang "Anak Manusia" (Dan. 7:13). Menurut kitab-kitab Injil, Yesus menggunakan gelar ini sebagai nama pilihannya untuk dirinya sendiri. Hubungan dengan penglihatan Daniel (yang dipertentangkan dengan penggunaannya di dalam Kitab Yehezkiel) dibuat jelas dalam kitab Injil Matius dan Markus (Mat. 27:64; Mrk. 14:62). Orang Kristen melihat hal ini sebagai klaim langsung oleh Yesus bahwa dialah sang Mesias itu.
Pengaruh Daniel
Karena spesifisitas nubuatnya dan tempatnya dalam kanon Yahudi dan Kristen, Kitab Daniel telah memberikan pengaruh yang besar dalam sejarah Yahudi dan Kristen.
Kitab Daniel dimasukkan dalam Alkitab Ibrani, Tanakh, dalam bagian yang dikenal sebagai Ketuvim (Hagiographa, atau "Tulisan-tulisan") . Daniel dianggap sebagai nabi dalam Qumran (4Q174 [4QFlorilegium]) dan belakangan oleh Yosefus (Antiquity of the Jews 10.11.7 §266) dan oleh pengarang ("Pseudo-Philo") dari Liber antiquitatum biblicarum (L.A.B. ["Book Biblical antiquities"] 4.6, 8), dan dikelompokkan di antara nabi-nabi dalam Septuaginta, kitab Perjanjian Lama orang Yahudi dalam bahasa Yunani, dan oleh orang Kristen, yang menempatkan kitab ini dalam kumpulan Nabi-nabi. Namun, Daniel saat ini tidak dicantumkan oleh orang-orang Yahudi di dalam kumpulan Kitab Nabi-nabi, Nevi'im.
Ahli eksegesis Yahudi, Rabi Moses Ben Maimon, yang belakangan disebut Maimonides, begitu prihatin bahwa "kaum awam yang tidak terdidik akan dibuat tersesat" bila mereka mencoba menghitung waktu sang Mesias karena ada ketetapan yang mengatakan "Terkutuklah mereka yang meramalkan akhir zaman." Ungkapan ini dapat ditemukan dalam suratnya Igeret Teiman dan dalam buku kecilnya Peraturan dan Peperangan Sang Raja-Mesias.
Rabi Yehuda Loew ben Bezalel meratapi bahwa masa penggenapan nubuat Daniel "sudah lama lewat" (Sanhedrin 98b, 97a).
Orang Kristen tradisional menerima nubuat-nubuat Daniel, karena mereka percaya bahwa semuanya itu menggambarkan bahwa Yesus Kristus dari Nazaret itulah sang Mesias, dan juga karena dalam Matius 24 Yesus sendiri dikutip menggambarkan nubuat Daniel berlaku bagi kejadian-kejadian yang akan datang tepat sebelum datangnya Hari Penghakiman, dan bukan kepada Epifanes yang hidup sekitar 175 tahun sebelumnya. Mereka menganggap bahwa Nubuat tentang Tujuh Puluh Minggu itu benar-benar meyakinkan karena apa yang mereka tafsirkan sebagai ketepatan nubuat. Banyak orang Yahudi Ortodoks percaya bahwa nubuat itu merujuk kepada kehancuran Bait Suci Kedua oleh orang-orang Romawi pada 70 M. Sebaliknya, para sarjana sekuler beranggapan bahwa nubuat itu lebih cocok dengan pemerintahan Antiokhus, dan bahwa ini merupakan contoh tentang vaticinium ex eventu (nubuat yang dibuat setelah kejadiannya berlaku).
Studi tentang malaikat pada Abad Pertengahan juga dipengaruhi oleh kitab ini, karena inilah satu-satunya sumber Perjanjian Lama untuk nama-nama dari kedua penghulu malaikat, Gabriel dan Mikhael (Dan 9:21; 12:1). Malaikat satu-satunya yang lain yang disebutkan namanya di dalam pustaka Perjanjian Lama adalah Rafael, yang disebutkan dalam Kitab Tobit, sebuah kitab deuterokanonika.
5. Nubuat tentang Tujuh Puluh Masa: Masa Depan Israel dalam Rencana Allah (9:1-27). Nubuat ini unik dalam Alkitab, karena sebenarnya nubuat ini memberikan semacam jadwal tentang peristiwa-peristiwa yang akan datang. Pembahasan yang paling dekat dengan hal itu adalah nubuat Yeremia tentang 70 tahun. Jadwal itu berkaitan dengan peristiwa-peristiwa dalam masa depan bangsa Israel. Setelah memberikan perhatian singkat untuk latar belakang historis (ay. 1, 2), Daniel selanjutnya menulis suatu masa doa yang intensif (ay. 3-19), yang diikuti dengan kedatangan seorang malaikat pembawa berita tentang nubuat (ay. 20-23). Nubuat yang sangat penting tentang 70 masa muncul di akhir (ay. 24-27). 1. Pada tahun pertama pemerintahan Darius. Yakni 539/538 SM, 67 tahun setelah diangkutnya Daniel pada musim panas 605 SM; kira-kira 59 tahun dari permulaan penangkapan raja Yoyakhin (II. Taw. 36:9, 10; Yeh. 1:1); sedikit kurang dari 50 tahun dari penghancuran terakhir Yerusalem pada tahun 586 SM. Ini menjelaskan perhatian Daniel terhadap Yerusalem (Dan. 9:2). Dia bertanya-tanya dalam hati apakah waktunya telah habis. Menjadi raja atas kerajaan orang Kasdim. Daniel tidak mengacaukannya dengan Koresy. Dia menjadi raja, yaitu diangkat, dan bukan atas kerajaan Media-Persia melainkan hanya atas Babel. 2. Jumlah tahun. Yang diacu rupanya Yeremia 25:11, 12, yang mengatakan: "Kemudian sesudah genap ketujuh puluh tahun itu ... Aku akan melakukan pembalasan kepada raja Babel." Raja tersebut telah dihukum, jadi Daniel tahu, bahwa itulah saatnya timbunan puing Yerusalem juga berakhir. Tujuh puluh adalah pembulatan; sebenarnya 68. Bandingkan 21:26. Doa Daniel yang Patut Dicontoh (9:3-19). Ketika menilai suatu puisi, drama, atau lukisan, nilai terbesar akan didapatkan hanya dengan mengambil karya itu secara keseluruhan. Begitu juga doa Daniel harus dipelajari secara keseluruhan. Doa itu merupakan suatu sarana pemberian Allah untuk menggenapi apa yang telah ditetapkan (lih. Yes. 42:24, 25; 43:14, 15; 48:9-11; Yer. 49:17-20. Bdg. Yer. 50:4, 5, 20). Nama-nama Allah yang digunakan adalah penting. Daniel mengingatkan Allah, bahwa baik Yerusalem (Dan. 9:18) maupun orang-orang Yahudi (ay. 19) disebut dengan nama-Mu. Dia memanggil Allah sebagai Tuhan Allah (`adônây `elôhîm, ay. 3) dan TUHAN, Allah (Yahweh `elôhîm, ay. 4)
Konsep Daniel tentang Allah menunjukkan keseimbangan antara Allah yang maha besar dan dahsyat (ay. 4; bdg. Yes. 6:1 dst.) dengan Allah yang penuh kesayangan dan keampunan (ay. 9; bdg. Kel. 20:5, 6).
pelajaran yang diberikan oleh pasal ini mengenai doa (Mat. 6:15-18; Luk. 11:1-13).antara lain: (1) Doa Daniel merupakan suatu pekerjaan yang tekun dan tak kenal putus asa (Dan. 6:1-10; bdg. 9:1-3). Dalam penantian 68 tahun, sang nabi tidak kehilangan pengharapan. (2) Dia memiliki tekad (ay. 3; bdg. Luk. 9:51). (3) Dia mendesak secara terus-menerus (Dan. 9:3. Lih. juga Mat. 9:27; 15:22; 17:15; 20:30, 31. Bdg. Luk. 16:24; 17:13; 18:38, 39). (4) Dia menunjukkan kerendahan hati. Perhatikan, bahwa dia menghubungkan dirinya dengan bangsanya dalam dosa-dosa mereka (bdg. Luk. 18:10-14; II Kor. 12:7). (5) Dia membuat pengakuan dosa (khususnya Dan 9:4, 5. Bdg. Mzm. 32:5; 51:4; Yak. 5:16). (6) Dia menunjukkan kepatuhan (Dan. 9:14) dan mengajukan (7) permohonan dan (8) doa syafaat. Sebagaimana Musa (Kel. 32:10-14; bdg. Yeh. 14:14, 20), Daniel sebagai pendoa syafaat mengadakan percakapan dengan Allah Yang Mahakuasa didasarkan pada beberapa hal: (1) Umat Allah merupakan celaan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah (Dan. 9:16). (2) Allah dikenal penuh dengan belas kasihan (ay. 18). (3) Nama baik Allah sedang dipertaruhkan (ay. 19).
Alkitab mencatat tentang sosok Daniel yang diberkati Tuhan karena cara hidupnya yang taat pada kehendak Tuhan. Ia dikisahkan sebagai sosok yang dianugerahi wawasan luas, bijaksana dan dipenuhi hikmat Tuhan. Ketaatannya digambarkan dengan kebiasaannya berdoa 3 kali sehari dengan menghadap ke Yerusalem (Daniel 6:12).
Ketaaatan itulah yang dipandang oleh Tuhan, sehingga beragam mujizat kerap dialaminya. Doa-doa Daniel selalu dihubungkan dengan peristiwa khusus di dalam sejarah Israel ketika di dalam pembuangan. Jawaban-jawaban Tuhan terhadap doa Daniel memberikan pencerahan yang membuka tabir mengenai masa depan Israel, dan bahkan mengenai akhir jaman (Daniel 12).
Dalam Daniel 10 dituliskan bahwa ia berkabung dan berpuasa selama tiga minggu atau 21 hari lamanya karena mendapat penglihatan mengenai kesusahan yang besar. Lalu mengapa harus 21 hari? Apa makna doa dan puasa Daniel itu?
Bentuk kesungguhan hati
Di dalam Daniel 10, diceritakan bagaimana ia menyikapi penglihatan akan kesukaran besar yang dianggapnya sangat berat dan besar. Di dalam doanya, Daniel dipenuhi kegentaran dan ketakutan karena penglihatan-penglihatan yang diterimanya. Doa Daniel bukan doa basa-basi, tetapi doa karena melihat suatu ancaman yang besar di depan mata. Doa dan puasanya saat itu menunjukkan kesungguhan dan intensitas doa Daniel.
Bentuk peperangan rohani
Di dalam Daniel 10:13-14, dituliskan bahwa doa adalah peperangan rohani. Doa bukanlah sekedar ritual yang dilihat mata, didengar telinga dan diucapkan melalui kata-kata. Ketika kita berdoa, terjadilah peperangan rohani yang dahsyat. Jawaban Tuhan tertahan hingga 21 hari. Karena ia yang membawa jawaban itu dihadang oleh raja-raja Persia, yang diketahui sebagai simbol-simbol kekuatan yang melawan Tuhan. Ketika Mikhael datang untuk menolong memerangi musuh-musuh di alam roh ini, barulah doa-doa Daniel terjawab.
Bentuk ketekunan dan usaha
Dalam posisinya, Daniel sedang berada dalam medan peperangan. Dengan itu, ia memerlukan ketekunan dan usaha yang sungguh-sungguh. Bila saja Daniel berhenti berdoa dan berpuasa pada hari yang ke-15, ke-17 atau bahkan ke-20 mungkin jawaban doa itu tidak akan pernah datang. Itu sebabnya Alkitab mengajar kita untuk bertekun di dalam doa.
Setelah menuntaskan doa dan puasa Daniel selama 21 hari, Tuhan dengan nyata membuka jalan dan menjawab segala ketakutan dan kesusahan hati Daniel. Tuhan membuktikan bahwa jawaban doa melahirkan hikmat dan pengertian ilahi. Lewat malaikat Gabriel, Tuhan menguatkan Daniel dari ketakutan dan kegentaran yang ia alami saat itu. Dalam Daniel 10:12, malaikat Gabriel berbicara : “Janganlah takut, Daniel, sebab telah didengarkan perkataanmu sejak hari pertama engkau berniat untuk mendapat pengertian dan untuk merendahkan dirimu di hadapan Allahmu, dan aku datang oleh karena perkataanmu itu”. Malaikat Gabriel membawa kabar dari Tuhan kepada Daniel pada hari ke 21 saat ia berpuasa, yaitu tanggal 24 bulan pertama.
Sepanjang kehidupannya, Alkitab mencatat bahwa Daniel pernah mengalami mujizat diselamatkan dari gua singa. Ia juga menjadi orang yang terpandang dan memiliki kedudukan dalam tiga pemerintahan Babel dan Persia. Sekalipun ia teguh percaya kepada Tuhan, namun ia tetap mau merendahkan diri dan taat kepada Tuhan, berkabung dengan berpuasa dan berdoa hingga jawaban Tuhan terjadi sesuai dengan waktu-Nya.
Dari kisah Daniel, kita belajar bahwa doa dan puasa adalah komponen penting dalam kehidupan kerohanian kita. Sebab hal itu dapat menjadi senjata rohani yang kita kenakan untuk mengerti tentang penyertaan Tuhan kepada setiap orang yang mau merendahkan diri dihadapan-Nya.
Ada beberapa kisah kehidupan Daniel yang menceritakan kehidupan doanya. Kali ini yang kita cukil adalah pada saat muncul larangan Raja Babel untuk berdoa, yang mana larangan ini adalah hasil persekongkolan dari musuh-musuh Daniel yang ingin menjatuhkannya tetapi kesulitan mendapati kesalahannya selain bahwa yaitu Daniel ini tekun berdoa.
Situasi ini mungkin hampir sama dengan yang dihadapi oleh beberapa bahkan sebagian besar umat Tuhan. Ada banyak ancaman, intimidasi terhadap anak-anak Tuhan dalam beribadah dan berdoa. Teladan Daniel memberikan kita keberanian. Apa yang dilakukan Daniel pada saat ia mendengar perintah mengenai larangan untuk berdoa?
“Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.” (Dan. 6:11)
1. KEBIASAAN BERDOA (PRAYER HABIT)
Perintah raja tidak menghentikan kebiasaan Daniel untuk berdoa.
Kebiasaan adalah alat yang ampuh yang dapat Anda manfaatkan untuk mengubah lintasan / perjalanan hidup Anda. Doa adalah senjata paling ampuh yang kita miliki di bumi. Menyatukan kebiasaan dan doa, maka lihat yang Anda dapatkan : senjata rohani yang paling ampuh, meyakinkan, dan efektif yang akan menjamin kemenangan untuk setiap pertempuran yang mungkin Anda temui di bumi.
Resolusi terbaik yang dibuat oleh Daniel adalah berdoa 3 kali sehari.
Dan ini menarik bahwa apa yang menyebabkan Daniel tetap tekun berdoa bahkan di bawah situasi mengancam?
Berapa banyak dari kita yang menggebu-gebu dalam kehidupan doa, membuat komitmen kepada Tuhan memberikan waktu doa pribadi 3x sehari (atau bahkan lebih) lalu berangsur-angsur berkurang frekuensinya…lalu durasinya.
Apa yang menyebabkan Daniel tetap tekun berdoa bahkan di bawah situasi mengancam?
Apa yang membuat Daniel tekun adalah bukan karena kekuatan/ kesanggupannya namun kuasa Allah memberinya ketekunan dan kekuatan sementara ia berdoa. Singkatnya adalah Allah meneguhkan kehidupan doa Daniel dan Daniel mengucap syukur kepada Allah atas apa yang telah Allah perbuat melalui dirinya.. Dan karena dia adalah ‘tangan pertama’ yang mengalami kuasa doa, membuatnya MENGUCAP SYUKUR.. – dia tidak dapat berhenti untuk berdoa.
Akan tetapi pada saat yang sama Setan mengetahui bahwa kebijaksanaan/ hikmat Daniel dan kompetensinya berasal dari doanya dan hubungannya dengan Allah — Ia (setan) mencoba dengan segala daya dan kuasanya berupaya untuk menghentikan Daniel berdoa.
2. BERTELUT/ BERLUTUT/ BERSUJUD SEBAGAI SIKAP TUBUH SAAT BERDOA, MELAMBANGKAN PENYERAHAN
Secara fisik Daniel bertelut, bersimpuh di lututnya 3 kali sehari.
Daniel merasa perlu untuk bertelut/ berlutut/ bersujud di hadapan Tuhan di dalam doa. Kita juga seharusnya merasakan kebutuhan yang sama, kebutuhan untuk bertelut/ berlutut/ bersujud, kebutuhan untuk berserah kepada Tuhan, Allah yang Maha tinggi. Kita seharusnya merasakan kebutuhan untuk melakukan hal itu dalam kehidupan kita sehari-hari.
Doa dan ibadah bukanlah sesuatu yang kita lakukan – untuk mendapatkan sesuatu untuk diri kita sendiri. Pernyataan seperti “Saya tidak mendapatkan apa-apa dari kebaktian hari ini” mengungkapkan siapa orang yang disembah – dan itu jelas bukan Tuhan. Kita perlu mengingat bahwa melalui doa dan penyembahan kita memberikan atau memberikan pujian, ucapan syukur, dan ibadah kepada Tuhan. Dengan berlutut dalam doa dan bersyukur, Daniel menunjukkan kepada kita bagaimana doa dan penyembahan harus dilakukan. Lain kali Anda tergoda untuk meminta sesuatu atau melayani diri sendiri selama doa atau penyembahan – ingat postur dan teladan Daniel dan belajarlah untuk menyembah Tuhan, bukan diri Anda sendiri.
3. MENGUCAP SYUKUR DAN MEMUJI TUHAN SEBAGAI ELEMEN DOA
“…Daniel…memuji Allah seperti yang biasa dilakukannya” (Dan 6:11)
Inilah skenarionya. Para pejabat Babel yang iri hati berencana untuk membunuhnya dengan mengambil kebebasannya untuk berdoa kepada Tuhannya. Namun, dia bersyukur dan memuji Allah seperti yang selalu dia lakukan sebelumnya.
Karena bagi mereka yang telah mengalami kesetiaan Tuhan di masa lalu – mengucap syukurl adalah yang bisa mereka lakukan. Dan iman menjadi satu-satunya pilihan mereka.
4. DOA MEMBAWA KEDAMAIAN DAN KETENANGAN KARENA IMAN KEPADA ALLAH
Daniel berterima kasih dan memuji Tuhan di lantai atas di kamarnya sementara ada orang yang berencana untuk membunuhnya di lantai bawah. Ini karena dia menikmati kedamaian sempurna yang datang dari percaya pada Tuhan.
Jadi, para pejabat Babilonia yang cemburu akhirnya menangkapnya karena ia berdoa 3 kali sehari di tempat yang sama dengan yang selalu ia doakan, dekat jendela-jendela di lantai atas yang menghadap ke Yerusalem. Kebiasaan berdoa Daniel begitu konsisten sehingga Anda tidak bisa tidak akan melihatnya berada di tempat yang sama setiap hari. Bahkan, kebiasaan ini menjadi sangat terkenal sehingga setiap orang yang mengenal Daniel dan mereka yang berusaha menemukan kasus terhadap Daniel melihat ini dengan jelas.
Konsistensi selalu mengalahkan karisma. Salah satu kunci untuk menjadi saksi yang efektif adalah konsisten dan tepat waktu. Sebaliknya, salah satu cara untuk menghancurkan segalanya bagi Tuhan adalah konsisten untuk tidak konsisten. Rahasia untuk mempertahankan kesuksesan bukanlah membuat perubahan besar dalam semalam, tetapi membuat perubahan kecil secara konsisten.
Peristiwa besar yang membangkitkan semangat spiritual sesaat tidak membuat Setan takut atau gentar. Bahkan, dia sangat menyenangi hal semacam itu. Tapi dia (setan) gemetar ketika seseorang terus mendekati takhta kasih karunia Allah setiap hari melalui berdoa. Karena perubahan yang langgeng akan selalu menjadi produk sampingan alami dari doa yang konsisten.
Pepatah mengatakan “Air beriak tanda tak dalam, air yang tenang menghanyutkan.”
Sebuah sungai– semakin dalam sungai itu maka aliran airnya akan tenang namun menghanyutkan. Demikian juga setiap orang yang memiliki hubungan dengan Tuhan yang semakin dalam maka orang itu akan tenang dan damai dalam hidupnya. Berlaku juga sebaliknya, akan ada banyak riak dari aliran sungai kehidupan orang yang dangkal hubungannya dengan Tuhan.
5. MUJIZAT DARI DOA DAN KUASA DOA
“Lalu orang-orang itu bergegas-gegas masuk dan mendapati Daniel sedang berdoa dan bermohon kepada Allahnya.” (Dan 6:11)
Begitulah cara dia (Daniel) ditemukan yaitu ketika sedang berdoa dan meminta bantuan Tuhan.
Ini berlanjut ke pola yang sama dari kisah abadi sepanjang masa : Daniel di Gua Singa. Lagi, apa yang akan terjadi jika dia tidak sedang ditemukan berdoa? Bagaimana jika dia melewatkan doa? Bagaimana jika dia hanya berkompromi dan berhenti berdoa?
Mukjizat selalu merupakan hasil sampingan alami dari hubungan yang setia dengan Tuhan. Mukjizat menjadi kejadian umum bagi hanya mereka yang berani setia selamanya.
Kadang-kadang kita bertanya-tanya mengapa kita tidak mengalami intervensi peristiwa petualangan dan keajaiban dari Tuhan. Mungkin karena jenis iman yang kita jalankan tidak membutuhkan Tuhan untuk bertindak atas nama kita. Mungkin doa-doa yang kita doakan dan kehidupan yang kita jalani tidak membutuhkan Tuhan yang besar yang memindahkan gunung dan menyelamatkan dari sarang singa. Mungkin saja, karena kurangnya iman kita, kita mungkin memang mendeclaw (mencabuti kuku/cakar) Singa Yehuda.
Lain kali Anda tergoda untuk mengikuti arus atau menemukan jalan keluar yang mudah – ingat cerita ini dan putuskan untuk setia dan menyiapkan panggung untuk intervensi Tuhan.
6. KEBIASAAN BERDOA MEMBAWA PERBEDAAN DALAM HIDUP ANAK-ANAK TUHAN
Kini setelah para pejabat Babel menangkap basah Daniel, mereka pergi menghadap raja dan bercerita tentang Daniel, “salah seorang buangan dari Yehuda, “, seorang yang nampaknya “tidak mengindahkan” perintah sang raja. (Dan. 6:13)
Meskipun Daniel ditempatkan pada posisi tertinggi di dalam kerajaan Babilon, dia masih salah seorang buangan Yehuda dalam catatan resmi kerajaan.
Bagi dunia, betapa pun kita ingin dikenal, sebaliknya, kita akan selalu menjadi orang asing, makhluk asing (alien), pendatang (sojouners), dan orang buangan di sini, di dunia ini. Di mata mereka, kita tidak pantas berada di sini. Ini bukan rumah kita.
Kita telah diselamatkan. Kewarganegaraan kita telah ditransfer. Secara posisi kita berada di dalam Kristus. Dan posisi kita dalam Kristus selalu menentukan perilaku kita. Dan perilaku kita tidak masuk akal bagi dunia. Mereka sering berpikir bahwa tindakan/ perilaku kita tidak masuk akal (out ouf minds).
Kita mengampuni di saat kita seharusnya membalas. Kita mengatakan kebenaran gantinya berbohong. Kita dengan murah hati memberi gantinya mengambil dengan egois. Kita tetap berdoa bahkan ketika hal itu bisa membuat kita terbunuh. Itu sama sekali tidak masuk akal
Mengingat tentang Daniel seorang yang luar biasa dalam hidupnya karena kesetiaannya kepada Tuhan, bahkan ia menjadi tangan kanan raja Babilon, 3 generasi raja Babilon, kerajaan yang menguasai 2/3 wilayah dunia pada masa itu, sampai kepada kerajaan Media-Persia yang mengalahkannya; dia tetap di istana raja menjadi penasihat terpercaya, dicatat sebagai seorang yang takut akan Allah, nabi Tuhan yang perkasa, bahkan mendapatkan penglihatan-penglihatan yang begitu dahsyat, nubuatan mengenai zaman yang sangat-amat jauh (ribuan tahun) di hadapannya dibentangkan oleh Tuhan kepadanya. Kalau bukan orang yang sangat dekat dengan Tuhan mana mungkin Tuhan mengungkapkan semuanya itu kepadanya? Demikian juga kita apabila kita dekat berbicara hati ke hati, intim dengan Tuhan, segenap rencana Tuhan bahkan akan Dia singkapkan bagi kita.
Semoga dalam kehidupan doa kita masing-masing kita sama seperti Daniel-daniel modern pada masa kini, yang tekun dan setia kepada Tuhan.
Pada suatu waktu Raja Nebukadnezar membuat sebuah patung emas yang tingginya 27 meter dan lebarnya hampir 3 meter. Ia mendirikannya di dataran Dura di provinsi Babel. Kemudian raja mengundang semua raja wilayah, para gubernur, bupati, penasihat negara, bendahara, hakim, ahli hukum, dan semua kepala daerah untuk menghadiri upacara peresmian patung yang telah didirikannya itu. Setelah mereka semua datang dan berdiri di depan patung itu, berserulah ajudan raja dengan nyaring, “Saudara-saudara dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa! Dengarlah perintah raja ini: Jika trompet berbunyi, diikuti bunyi seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam, dan alat-alat musik lainnya, saudara-saudara harus sujud menyembah patung emas yang telah didirikan oleh Raja Nebukadnezar. Barangsiapa tidak mentaati perintah ini, akan langsung dilemparkan ke dalam perapian yang menyala-nyala.” Maka mendengar alat-alat musik itu dibunyikan, orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa, sujud dan menyembah patung emas itu. Beberapa orang Babel memakai kesempatan itu untuk mencelakakan orang Yahudi. Mereka berkata kepada Raja Nebukadnezar, “Hiduplah Tuanku selama-lamanya! Tuanku sendiri telah mengeluarkan perintah bahwa segera setelah alat-alat musik dibunyikan, semua orang harus sujud dan menyembah patung emas itu, dan barangsiapa yang tidak mematuhi perintah itu akan dilemparkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Tetapi beberapa orang Yahudi yang telah Tuanku serahi pemerintahan provinsi Babel menganggap sepi perintah Tuanku itu. Mereka ialah Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Orang-orang itu tidak mau memuja ilah-ilah Tuanku dan tidak pula menyembah patung emas yang Tuanku dirikan.” Mendengar itu raja menjadi marah sekali, lalu memberi perintah supaya ketiga orang itu dibawa menghadap kepadanya. Raja bertanya kepada mereka, “Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Betulkah kamu tidak mau menyembah ilah-ilahku dan tidak mau pula sujud kepada patung emas yang telah kudirikan itu? Nah, sekarang, bersediakah kamu untuk sujud dan menyembah patung itu pada waktu musik berbunyi? Jika kamu tidak mau, kamu akan langsung dilemparkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang akan sanggup menyelamatkan kamu dari kuasaku?” Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab, “Baginda yang mulia, kami tidak akan mencoba membela diri. Jika Allah yang kami sembah sanggup menyelamatkan kami dari perapian yang menyala-nyala itu dan dari kuasa Tuanku, pasti Ia melakukannya. Tetapi seandainya Ia tidak melakukannya juga, hendaknya Tuanku maklum bahwa kami tidak akan memuja dewa Tuanku dan tidak pula menyembah patung emas yang Tuanku dirikan itu.” Maka meluaplah amarah Raja Nebukadnezar terhadap Sadrakh, Mesakh dan Abednego, sehingga wajahnya menjadi merah padam. Ia memerintahkan supaya perapian dibuat tujuh kali lebih panas daripada biasanya. Lalu ia menyuruh beberapa orang yang sangat kuat dari tentaranya untuk mengikat Sadrakh, Mesakh dan Abednego, serta melemparkan mereka ke dalam perapian yang menyala itu. Segera ketiga orang itu pun diikat erat dalam keadaan berpakaian lengkap, yaitu dengan kemeja, jubah, topi dan pakaian lainnya, lalu dilemparkan ke dalam perapian yang menyala-nyala itu. Karena perintah raja itu begitu keras, maka perapian itu telah dipanaskan dengan luar biasa sehingga nyala api membakar mati orang-orang yang mengangkat Sadrakh, Mesakh dan Abednego ke dekat perapian. Demikianlah, ketiga orang yang terikat erat itu jatuh ke dalam perapian yang menyala-nyala itu. Tiba-tiba Raja Nebukadnezar sangat terkejut. Ia bangkit dengan cepat dan berseru kepada para pegawainya, “Bukankah kita tadi mengikat tiga orang dan melemparkan mereka ke dalam api itu?” Mereka menjawab, “Memang benar, Tuanku.” Sahut raja, “Tetapi mengapa kulihat empat orang berjalan-jalan di tengah-tengah api itu? Mereka tidak terikat dan sama sekali tidak apa-apa. Dan yang keempat itu rupanya seperti dewa.”
Ketiga teman Daniel sangat berbeda. Ketika mereka bersama-sama ditangkap, Daniel dan sahabat-sahabatnya; Sadrakh, Mesakh, dan Abednego saling mendukung serta menguatkan dalam masa-masa sulit ini. Mereka berdiri bersama-sama untuk menghormati Allah (Daniel 1) dan berdoa (2:17,18), serta menolak untuk menyembah patung raja (3:16-18). Sahabat-sahabat seperti inilah yang kita butuhkan! Jadi, sahabat seperti apakah saya? Amsal 17:17 mengatakan demikian, "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu." Siapakah yang membutuhkan Anda untuk menjadi sahabatnya pada hari ini? –
ZAMAN BANGSA-BANGSA
Dalam Daniel pasal 1 diceritakan bahwa tahun pemerintahan Nebukadnezar, Raja Babel, kota Yerusalem dikepung dan Bait Allah dihancurkan. Sebagian orang Israel diangkut ke Babel dan dibawa ke dalam pembuangan. Diantara mereka yang terbuang terdapat orang Israel yang terpilih untuk bekerja di istana raja, yaitu Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Mereka menguduskan hidupnya bagi Tuhan ( Dan 18 ). Mereka dikaruniai pengetahuan, kepandaian tentang pelbagai macam tulisan dan hikmat, sedangkan Daniel juga mempunyai pengertian tentang pelbagai penglihatan dan mimpi ( Dan 1 : 17 ). Daniel sampai tahun tuanya tetap dipercaya untuk bekerja di istana raja dan tetap mempunyai kedudukan tinggi. Daniel zaman Nebukadnezar ( Babel, Daniel 1-4 ) Daniel zaman Belsyazar ( Babel, Daniel 5,7,8 ) Daniel zaman Darius ( Media, Daniel 6,9 ) Daniel zaman Koresy ( Persia, Daniel 10 )
A. Mimpi Nebukadnezar ( Daniel 2:1-49 ) Pada tahun kedua pemerintahan Kerajaan Babel, Raja Nebukadnezar bermimpi dan memanggil orang-orang berilmu, ahli jampi, ahli sihir dan para Kasdim ( orang terpelajar, berpengetahuan tinggi, juru bicara di istana raja ) untuk memberitahukan mimpi raja dan maknanya. Tetapi mereka tidak dapat menceritakan mimpi dan artinya sehingga raja mengeluarkan perintah untuk membunuh semua orang bijaksana di negeri itu termasuk Daniel dan teman-temannya terancam terbunuh ( Dan 2:13 ). Daniel meminta waktu dan berdoa kepada Allah karena ia tahu hanya Allah saja yang sapat menyingkapkan mimpi dan arti mimpi raja. Allah mendengar doa Daniel dan menyingkapkannya kepada Daniel dalam suatu penglihatan malam ( Dan 2 : 19 ). Daniel menjelaskan bahwa Raja Nebukadnezar bermimpi karena sedang memikirkan masa depan, mengenai apa yang akan terjadi di kemudian hari ( Dan 2:29a ) dan Allah memberikan mimpi tentang Zaman Bangsa-Bangsa. Zaman Bangsa-Bangsa membahas tentang Akhir Zaman yang menggambarkan penggenapan penjajahan Israel dan Yerusalem yang akan diduduki bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. ( Lukas 21:24 ). Sejak kematian Raja Salomo, Israel terpecah dua menjadi Israel Utara dan Selatan ( 1 Raja 11:11-13 ). Pada tahun 721 sM Israel Utara ditawan bangsa Asyur dan sementara Israel Selatan dibuang ke Babel tahun 605 sM. Raja bermimpi melihat sebuah patung yang amat besar, patung itu tinggi, berkilau-kilauan luar biasa, tegak di hadapan raja Nebukadnezar dan tampak dahsyat. Patung itu berkepala emas, berdada lengan perak, pinggang tembaga, paha besi dan kaki besi campur tanah liat ( Dan 2:31-32 ). Dari hikmat Tuhan kepada Daniel, dijelaskan bahwa bentuk patung dan artinya sebagai berikut : 1. Kepalanya dari emas tua, menggambarkan Kerajaan Babel ( ayat 38 ), terjadi tahun 605 sM dipimpin raja Nebukadnezar. 2. Dada dan lengan dari perak menggambarkan kerajaan Media Persia ( ayat 39 ), terjadi tahun 539 sM dipimpin raja Darius. 3. Perut dan pinggang dari tembaga menggambarkan kerajaan Yunani ( ayat 39 ) terjadi tahun 331 sM dipimpin raja Alexander Agung dan keempat jendralnya. 4. Paha dari besi menggambarkan kerajaan Romawi Barat dan Romawi Timur ( ayat 40 ) terjadi tahun 64 sM dipimpin banyak raja / kaisar. 5. Kaki dan jari-jarinya sebagian dari besi dan sebagian dari tanah liat. Jari kaki berjumlah 10 menggambarkan Kerajaan Roma baru yang akan terdiri dari sepuluh negara ( ayat 41-43 ) dipimpin antikristus. Pada masa kerajaan itu akan " terungkit lepas sebuah batu yang tidak dikerjakan oleh manusia dan menimpa patung tersebut sampai remuk dan sekaligus diremukkannyalah juga besi, tanah liat, tembaga, perak dan emas, semua menjadi seperti sekam ... terhembus tidak ada bekasnya dan batu itu menjadi gunung besar dan memenuhi seluruh bumi " ( Dan 2:34-35 ). Batu itu adalah Tuhan Yesus. Di dalam 1 Petrus 2:6-7, Tuhan Yesus adalah batu penjuru bagi orang-orang percaya dan menjadi batu sentuhan menghantam bangsa-bangsa. Batu sandungan menggambarkan orang yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus. Sejarah membuktikan bahwa kerajaan Babilonia dikalahkan kerajaan Media Persia kemudian kerajaan Yunani mengalahkan kerajaan kembar tersebut. Romawi yang mengalahkan Yunani tidak terkalahkan sampai akhirnya hilang sendiri ( Why 17:8a ). Tetapi pada akhir zaman Romawi akan muncul kembali menjadi kekuatan baru dan sangat kuat. Dari gambaran patung tersebut dapat ditarik beberapa informasi bagi kita yaitu : Logam emas menggambarkan "moralitas yang masih baik". Raja Nebukadnezar digambarkan diberi hati manusia karena masih mau memuja Allah ( Dan 4:34-37 ; 7 :4 ). Pada masa-masa berikutnya moralitas akan mengalami penurunan seperti nilai emas yang merosot menjadi perak, tembaga, besi sampai pada akhirnya yaitu tahun Kerajaan Romawi Baru moralitas manusia mencapai kondisi yang sangat buruk. Besi yang bercampur dengan tanah liat menggambar kawin campur yang menunjukkan perzinahan, percabulan, kenajisan menjadi sangat dominan pada tahun itu ( perhatikan dengan tahun ini !!! ). B. Penglihatan Daniel yang Pertama ( Daniel 7:1-8 ) Pada tahun pertama pemerintahan Belsyazar, raja Babel, bermimpilah Daniel dan mendapat peglihatan-penglihatan di tempat tidurnya. Penglihatannya mengenai empat binatang dan Anak Manusia. Empat binatang adalah empat raja yang akan muncul dari dalam bumi ( Dan 7:17 ). Dalam kitab Daniel 7 ini, gambaran Zaman Bangsa-Bangsa lebih ditegaskan lagi melalui mimpi Daniel yang tafsirannya sama dengan mimpi Nebukadnezar yaitu gambaran urutan pemerintahan kerajaan besar dunia. Dalam ayat 2 disebutkan keempat angin mengguncangkan laut besar. Angin berarti kuasa rencana Allah ( Yunus 1 : 4 ; Kej 8 : 1 0 ). Laut Besar adalah Laut Tengah dan laut ini terletak di Eropa. Penglihatan pertama : singa bersayap burung rajawali (ayat 4) dimana kalau kita berkunjung di istana Babel kuno akan ditemukan patung yang menyerupai singa bersayap burung rajawali. Ini adalah lambang Kerajaan Babel. Penglihatan kedua : beruang berdiri pada sisinya yang sebelah dan tiga tulang rusuk masih ada di dalam mulutnya ( ayat 5 ). Arti beruang berdiri pada sisi yang sebelah adalah kerajaan kembar Media dan Persia yang pernah bersatu menjadi tidak berimbang kekuatannya dan kemudian Persia menjadi lebih kuat dari Media. Tiga tulang rusuk dalam mulutnya berarti ada 3 kerajaan yang pernah dikalahkan yaitu : Babel, Libia dan Mesir. Penglihatan ketiga : macan tutul berkepala 4 dan mempunyai 4 sayap burung pada punggungnya. Artinya : Raja Alexander Agung dari Yunani dengan 4 orang Jendralnya yang selalu mengikutinya menduduki 4 kerajaan lainnya dengan cepat sekali (macam tutul lari cepat ditambah sayap semakin menajdi cepat). Di mana 4 kerajaan yang ditaklukkan adalah Siria ( Utara ), Mesir ( Selatan ), Turki ( Timur ), Yunani ( Barat ). Penglihatan keempat : binatang bertanduk 10 artinya kerajaan Romawi II ( Roma baru ) yang akan muncul di Akhir Zaman ( Dan 7:7-8 ) dengan ciri-ciri menakutkan, mendahsyatkan sangat kuat, bergigi besar dari besi, melahap, meremukkan, menginjak-injak sisanya dengan kakinya, kukunya dari tembaga ( ayat 19 ). Diantara tanduk-tanduk tumbuh satu tanduk lain yang kecil sehingga tiga dari tanduk-tanduk terdahulu tercabut. C. Penglihatan Daniel yang Kedua ( Dan 8:1-27 ) Manusia dalam kehidupannya selalu ingin mencari tahu apa yang akan terjadi pada tahun mendatang. Mereka mendatangi juru ramal, orang pintar, mempelajari perbintangan walaupun pasti tidak pernah mereka temukan. Kalaupun ramalannya mendekati kebenaran, juru ramal mungkin hanya menunjukkan suatu peristiwa yang mungkin hanya menunjukkan suatu peristiwa yang mungkin akan terjadi tanpa menyebutkan nama orang atau negara yang terlibat. Alkitab adalah buku informasi yang selalu tepat dan dapat memberitahukan segala sesuatu yang akan terjadi. Setiap nubuatan yang ada di dalam Alkitab digenapi satu persatu sehingga membuktikan bahwa Alkitab adalah buku satu-satunya yang berisi Firman Allah yang hidup dan penuh kuasa. Dalam kitab Daniel gambaran zaman bangsa-bangsa lebih terperinci lagi. Dalam kitab ini tidak hanya diberikan gambaran sesudah Babel tetapi dengan tegas disebutkan nama Kerajaan yang berkuasa setelah Kerajaan Babel yaitu Kerajaan Media Persia ( Dan 8:20 ) dan Kerajaan Yunani ( Dan 8:21 ). Penglihatan pertama, Daniel melihat seekor domba jantan berdiri di tepi sungai, tanduknya dua dan kedua tanduk itu tinggi tetapi yang satu lebih tinggi dari yang lain dan yang tinggi tumbuh terakhir. Domba jantan itu menanduk ke Barat, Utara dan Selatan ( ayat 3,4 ). Artinya domba jantan bertanduk 2 adalah gambaran raja-raja kerajaan kembar Media dan Persia yang pernah bersatu dimana mulanya Media merupakan kerajaan besar tetapi akhirnya Persia lebih kuat dari Media. Domba jantan menanduk ke 3 mata angin artinya kerajaan ini mengalahkan negara Libia ( Barat ), Mesir ( Selatan ) dan Babel ( Utara ). Penglihatan kedua, Daniel melihat kambing jantan datang dari sebelah Barat melintasi seluruh bumi tanpa menginjak tanah dan kambing jantan itu mempunyai satu tanduk yang aneh diantara kedua matanya ... tetapi ketika ia mencapai puncak kuasanya patahlah tanduk yang besar itu lalau pada tempatnya tumbuh empat tanduk yang besar itu, lalu pada tempatnya tumbuh empat tanduk yang aneh sejajar dengan keempat mata angin yang dari langit ( ayat 5-8 ). Kambing jantan datang dari sebelah Barat adalah gambaran negara Yunani. Melintasi bumi tanpa menginjak tanah artinya menaklukkan dengan sangat cepat. Tanduk yang aneh diantara kedua matanya ( ayat 5 ) artinya adalah raja yang pertama yaitu Alexander Agung ( ayat 21 ). Empat tanduk ( ayat 8 ) artinya 4 Jendral yang membantu Alexander Agung. Ketika Raja Alexander meninggal ( tanduk besar patah ) maka tumbuh 4 tanduk aneh yang sejajar dengan keempat mata angin yang berarti keempat Jenderal mengambil alih kekuasaan dan masing-masing memimpin setiap kerajaan yang di jajah. Keempat Jenderal tersebut adalah : 1. Seleucus ( Utara yaitu Syria ) 2. Ptolemy ( Selatan yaitu Mesir ) 3. Lysimachus ( Barat yaitu Yunani ) 4. Casander ( Timur yaitu Macedonia ) Sebetulnya ada jenderal kelima yaitu Antigous tetapi terbunuh. Firman Allah digenapi tetap 4 Jendral ( 4 tanduk kecil sejajar ) yang memimpin pecahan kerajaan Yunani. D. Kerajaan Romawi Baru segera muncul Dari seluruh nubuatan Firman Allah yang kita pelajari diatas kita lihat bahwa Allah 3 kali menjelaskan tentang Zaman Bangsa-bangsa. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya umat Allah mengetahui hal Zaman Bangsa-bangsa dan mengetahui saat ini berada pada tahun apa, yaitu tahun dimana Tuhan Yesus akan segera kembali. Beberapa catatan penting yang harus diperhatikan berkaitan dengan bangsa-bangsa ini adalah : 1. Keempat bangsa yang dinubuatkan selalu menjajah Israel ( pada tahun Daniel, Israel dijajah Babel dan Media Persia, pada tahun Tuhan Yesus di bumi Israel dijajah Romawi maka kerajaan kelima ( kerajaan 10 tanduk / federasi ) pasti akan menjajah Israel juga. 2. Keempat bangsa tersebut selalu menguasai seluruh dunia baik dalam ideologi, politik, ekonomi sampai budaya. Kerajaan kelima Romawi barupun akan menguasai seluruh dunia bahkan sangat kuat juga semua kerajaan yang dilihat dalam mimpi itu besar dan mempengaruhi dunai melalui agama Babel, bangsa Yunani mempengaruhi dunia melalui Filsafat dan ilmu pengetahuannya dan bangsa Romawi mempengaruhi dunia melalui persenjataannya, teknologi perangnya. Kerajaan terakhir ( 10 jari kaki ) pasti juga akan menguasai dunia. 3. Semua kerajaan muncul dari sekitar Laut Tengah ( Dan 7:2 ). Maka kerajaan kelima Romawi Baru pasti juga akan muncul dari sekitar Laut tengah ( Wahyu 13 : 1 ). Dilihat dari pergeserannya : a. Babilonia menduduki tanah sekitar negara Irak. b. Media Persia menduduki tanah sekitar Turki - Uran. c. Yunani menduduki tanah sekitar Yunani. d. Romawi menduduki tanah sekitar Italia dan sebagian Eropa Timur. Seluruh kerajaan besar tersebut bergeser dari Tenggara ke arah Barat maka Kerajaan kelima yaitu Romawi Baru pasti akan menduduki daerah daratan Eropa saat ini. Penglihatan Daniel dalam kitab Dan 7:7-8 ternyata sama dengan penglihatan Yohanes di pulau Patmos dalam Wahyu 13:1-2, waktu antara zaman Daniel dan Yohanes adalah 700 tahun tetapi penglihatannya sama. Ini membuktikan Alkitab adalah Firman Allah yang hidup, sumber segala ilham karena bersumber daripada Roh Allah yang sama.
Tugas
1) Jelaskan makna dari doa Daniel!
2) Mengapa Daniel dan teman-temannya tidak mau menyembah kepada patung emas yang dibuat raja Nebukadnezar!
3) Apa yang terjadi ketika Daniel dan teman-temannya tidak mau menyembah patung Emas itu!
4) Raja bermimpi melihat sebuah patung yang amat besar, patung itu tinggi, berkilau-kilauan luar biasa, tegak di hadapan raja Nebukadnezar dan tampak dahsyat. Patung itu berkepala emas, berdada lengan perak, pinggang tembaga, paha besi dan kaki besi campur tanah liat ( Dan 2:31-32 ). Jelaskan arti dari mimpi tersebut!.
Comments