Materi
Kejatuhan manusia dalam dosa dan
Akibatnya dan pemulihan Abraham dan misinya
1. Kejatuhan manusia dalam dosa dan Akibatnya
A. Pendahuluan
Kitab mengajarkan bahwa, semua manusia pada hakekatnya mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa sehingga sama sekali tidak dapt menyenangkan Allah (Roma 8:7-8, Efesus 2:1-2). Awal mulanya terjadi kematian dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa ini adalah ketika manusia pertama Adam dan Hawa melanggar peraturan/hukum Allah. Manusia jatuh dalam dosa. Kejatuhan manusia pertama mengakibatkan perubahan yang sangat drastis dalam kehidupan mereka dan manusia pada umumnya. Kemuliaan Allah dalam diri manusia sirna seketika. Ya, manusia jatuh total dan karenanya manusia tak berdaya untuk menyelamatkan diri sendiri serta sama sekali tidak dapat berbuat sesuatu apapun yang dapat menyenangkan Allah.
B. Penyebab Kejatuhan Manusia Ke Dalam Dosa
Ada empat oknum yang terlibat, yang menjadi penyebab kejatuhan manusia dalam dosa:
1. Lucifer
Dalam Alkitab (Yesaya 14:12) terjemahan bahasa Inggeris (KJV) kita temukan nama ini, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan “Bintang Timur, Putra Fajar”. Dialah yang menjadi penyebab utama kejatuhan manusia ke dalam dosa. Lucifer pada mulanya adalah malaekat suci, malaekat mulia yang diciptakan oleh Allah. Namun akhirnya ia terbuang oleh karena pemberontakannya kepada Allah. Yang membuat ia terbuang adalah karena ingin menjadi sama derajat dengan Allah (Yesaya 14:12-14; Yeheskiel 28:11-19). Ia menjadi Setan, yang artinya adalah musuh Allah dan manusia (Efesus 6:11-12), atau Iblis yang artinya adalah pendusta/bapa segala dusta (Yohanes 8:44).
2. Ular
Oknum kedua menyebab kejatuhan manusia ke dalam dosa adalah ular. Ular adalah ular bukan Setan, tetapi dalam beberapa kasus di Alkitab ular menjadi lambang atau simbol Setan. Dalam Kejadian 3:1-5, ular disebut sebagai binatang yang paling cerdik dari semua binatang yang diciptakan Allah. Karena kecerdikannya ini maka ia diperalat oleh Setan. Ia menjadi pengantara Setan yang licik untuk merusak kehidupan manusia yang suci.
3. Hawa
Hawa adalah manusia kedua yang diciptakan Allah. Ia diciptakan dari sebuah tulang rusuk Adam. Diciptakan untuk menjadi penolong dan pendamping Adam untuk mengolah, menguasai dan menaklukkan serta memenuhi bumi ini (Kejadian 2:21-25; 1:26-28; 2:18). Dalam Kejadian 3:6, ia terpedaya dan terpikat oleh janji muluk Lucifer yang mengumpat dan memutar balikkan Firman Allah. Ia termakan oleh tipu rayuan gombal Setan dengan perantaraan Ular (2 Korintus 11:3; 1 Timotius 2:14).
4. Adam
Adam, masunia pertama yang diciptakan Allah menurut gambar dan rupa-Nya. Kepadanya pada mulanya Allah memberikan perintah dan peraturan yang sangat tegas, tetapi apa yang terjadi? Tanpa bantahan dan penolakan, ia menerima dan menikmati buah yang dilarang oleh Allah untuk dimakan (Kejadian 3:6,17; 2:16-17; Roma 5:12, 15, 17).
C. Akibat Kejatuhan Manusia Ke Dalam Dosa
Akibat manusia mengikuti jejak Lucifer, melanggar perintah Allah, memakan buah yang dilarang oleh Allah maka manusia jatuh dalam dosa dan membuat seluruh umat manusia keturunan mereka sampai sekarang berdosa (Roma 3:10-12, 23; Roma 5:12), dunia dengan segala isinya menjadi terkutuk (Kejadian 3:1 dst).
1. Terputusnya hubungan manusia dengan Allah (Kejadian 3:8-9).
Hubungan manusia dengan Allah yang terputus ini, mengakibatkan manusia menjadi seteru Allah (Roma 5:10). Manusia menjadi terpisah dari dan dengan Allah (Yesaya 59:2). Manusia menjadi takut bertemu dengan Allah (Kejadian 3:8-9).
2. Kehidupan manusia di bumi terkutuk.
Ketika manusia jatuh dalam dosa, bukan saja hubungan manusia dengan Allah terputus, melainkan juga kehidupan manusia di dunia ini menjadi terkutuk, baik manusia pertama Adam dan Hawa, juga manusia keturunan mereka sampai pada kita sekarang ini. Baik jasmani maupun rohani kehidupan manusia menjadi menderita. Dari segi jasmani, manusia khususnya kaum wanita mengalami sakit bersalin (Kejadian 3:16; 2 Raja-raja 2:19, 21). Manusia harus bersusah payah bekerja mencari nafkah untuk menopang kehidupannya (Kejadian 3:17-19) dan mengalami berbagai penderitaan jasmani (Keluaran 9:3, 9:10, 15:24, 16:3; 2 Raja-raja 4:38, 5:27; Mazmur 107:17-18; Matius 10:8; Roma 8:17-18). Hidup manusia menjadi rapuh dan sementara (Kejadian 5, 6:3; Mazmur 90:9-10) dan pada akhirnya mati (Kejadian 3:19; Ibrani 9:27).
Dari segi rohani, manusia dihantui perasaan takut (Kejadian 3:10) dan saling menuduh serta mempersalahkan (Kejadian 3:12-13), merasa malu dan rendah diri (1 Samuel 18:8-14), mengalami kegelisahan dan kecemasan (Mazmur 55:3-6, 107:6, 13, 19, 28). Juga mengalami keletih lesuan baik jasmani maupun rohani (Mazmur 107:5; Matius 11:28). Dalam kehidupan manusia terjadi pertentangan batin (Galatia 5:17; Roma 7:15-23). Dari segi lingkungan sosial, terjadi permusuhan antara manusia dengan sesama dan dengan makhluk hidup lainnya (Kejadian 3:14-15; 2 Raja-raja 2:24). Tanah menumbuhkan semak belukar dan rumput duri sehingga manusia harus berusaha mengolahnya untuk dapat memberi hasil (Kejadian 3:18).
3. Manusia berada di bawah ancaman hukuman kekal.
Kejatuhan manusia dalam dosa membuat hubungan manusia dengan Allah dan hubungan antara sesama manusia serta dengan mahluk yang lain dan juga dengan alam ini menjadi tidak harmonis dan tidak bersahabat. Dan juga terlebih dari semuanya itu, hidup manusia berada di bawah ancaman hukuman kekal. Hukuman yang kekal merupakan keterpisahan untuk selama-lamanya dengan Tuhan. Hal ini akan dialami oleh manusia yang tidak mau berbalik ke jalan Tuhan. Pada akhir dunia ini, mereka yang tidak percaya dan menerima Tuhan Yesus akan mengalami penghukuman ini (Amsal 14:12; 16:25; Matius 24:13; Yohanes 3:36; Roma 6:23a; Wahyu 20:14-15).
Rincian Akibat-akibat dari dosa manusia:
Ø Hubungan manusia terputus dengan Allah dan manusia mengalami kematian(Ibrani 9:27)
Ø Ular mengalami kutukan menjadi tidak mempunyai kaki (Kejadian 3:14)
Ø Adam/ laki- laki diuntut untuk susah payah mencari nafkah (Kejadian 3:17-19)
Ø Manusia diusir dari Taman Eden
Ø Persekutuan antar sesama menjadi rusak
Ø Wanita mengalami penderitaan selama mengandung dan persalinan, suami berkuasa atas istri.
2. Pemulihan Abraham dan misinya
Perjanjian yang Allah berikan kepada umat pilihan-Nya, Israel, adalah perjanjian yang mahal, kuat dan kekal adanya. Ayat 11 mengatakan bahwa perjanjian Allah itu adalah perjanjian darah. Dalam perjanjian Allah kepada Abraham, memang istilah perjanjian darah ini tidak pernah muncul (Kej. 15:7-11). Namun perjanjian darah ini diteguhkan oleh Tuhan Yesus dalam Perjamuan Terakhir, seperti tertulis, “Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” (Mat. 26:28). Allah membuat perjanjian dengan darah Anak-Nya yang tunggal, yang menghapus sekaligus memulihkan umat-Nya dari segala dosa, kecemaran dan keterpisahan dari Allah. Itulah perjanjian yang Allah berikan kepada setiap kita yang percaya kepada Kristus: adanya pemulihan dan penghapusan dosa dalam Kristus.
Kepada bangsa Israel, setelah melewati masa hukuman selama 70 tahun, Allah menjanjikan pemulihan. Tuhan sendiri yang akan melindungi bangsa Israel, bahkan bangsa Israel akan menginjak-injak pengumban-pengumban, yang artinya musuh-musuhnya (ay. 15). Ayat 16 mengatakan Tuhan sendiri akan menyelamatkan umat-Nya kembali seperti kawanan domba-Nya. Pada saat mereka dibuang ke Babel, mereka tidak punya apa- apa, bahkan identitas sebagai bangsa Yahudi, umat pilihan Allah pun sudah tidak diakui. Namun sekarang, mereka akan kembali bercahaya, seperti permata-permata mahkota di tempat tinggal mereka sendiri (ay. 16).
Tidak hanya kepada bangsa Israel, tetapi juga kepada kita, umat-Nya yang dikasihi-Nya dan yang telah menerima penebusan di dalam Kristus, Allah memberikan janji pemulihan ini. Allah sanggup memulihkan hidup kita yang sudah berantakan, seakan tiada harapan. Allah mampu mengerjakan dan membangun kembali dari hidup yang terasa tidak ada artinya; dalam Kristus Allah menjadikannya baru dan berarti, sehingga kembali bercahaya bagi kemuliaan-Nya. Bersediakah Saudara membuka diri dan menerima pemulihan dari-Nya?
Tiga Teks Dasar
Ada tiga teks dasar yang bisa menjelaskan mandat misi yang telah Allah rancang bagi seluruh bangsa Israel: Kejadian 12:1-3, Keluaran 19:4-6, dan Mazmur 67. Kita tidak mungkin mengerti Perjanjian Lama secara akurat tanpa menyelidiki ketiga teks ini dalam konteks misinya. Di dalam rencana dan tujuan Allah, Israel selalu bertanggung jawab untuk mengomunikasikan pesan anugerah Allah kepada bangsa-bangsa. Bangsa Israel dimaksudkan untuk menjadi suatu bangsa pemberita.
Agar jangan kita berpikir bahwa ketiga teks Perjanjian Lama ini memberi mandat hanya kepada orang-orang pada masa itu saja dan karena itu sama sekali tidak relevan bagi kita yang hidup di era Kristen, maka perlu dijelaskan bahwa ketiga teks tersebut juga merupakan panggilan Allah bagi kita:
1. Memberitakan Rencana Allah untuk Memberkati Bangsa-bangsa (Kej. 12:3)
2. Berpartisipasi dalam Keimamatan Allah sebagai Agen-Agen dari Berkat itu (Kel. 19:4-6)
3. Membuktikan Maksud Allah untuk Memberkati Semua Bangsa (Mzm. 67)
Jelas sekali di sini kata kuncinya adalah memberkati atau berkat. Kata yang sama ini menandai seluruh bagian ini, dimulai dengan perkataan kepada Adam dan Hawa: “Dia memberkati mereka dan berkata, “Beranakcuculah dan bertambah-tambah banyak,” sama seperti Dia juga dengan murah hati berjanji untuk memberkati binatang-binatang. Di samping banyaknya janji berkat ini, umat manusia terus mencari signifikansi bagi dirinya sendiri dengan mencari “nama.” Di tengah kekosongan pencarian ini – kekosongan yang dirasakan dalam mencari status sosial, reputasi dan keberhasilan di luar Tuhan – Kejadian 12:2 tiba-tiba menyatakan bahwa Allah akan membuat nama Abraham masyhur, suatu berkat dari atas, bukan hasil dari usahanya sendiri di luar Tuhan.
Diberkati agar Mereka Menjadi Berkat
Kita tidak dapat sepenuhnya menghargai signifikansi dari teks terbesar tentang misi ini sampai kita menyadari bahwa sebenarnya ada tiga janji berkat dalam Kejadian 12:2-3, di mana Tuhan berjanji:
1. “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar,”
2. “Aku akan memberkati engkau” dan
3. “Aku akan membuat namamu masyhur…” Tetapi ini langsung diikuti oleh sebuah klausa tujuan: “agar engkau menjadi berkat.” Tak satu pun dari ketiga janji berkat ini yang dimaksudkan hanya untuk meningkatkan status atau ego Abraham. Sesungguhnya, Abraham dan bangsanya diberkati agar mereka bisa menjadi berkat. Tetapi kepada siapa? Dan dengan cara apa? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus melihat lebih jauh 2 janji lainnya:
4. “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau,” dan
5. “mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau…” Sekali lagi, penulis Kitab Kejadian menambahkan sebuah klausa tujuan. Akan tetapi, penulis tersebut juga membentuk kalimat tersebut sehingga pernyataan dari tujuan tersebut menjadi lebih jelas. Kalimat tersebut menjadi “olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”
Hal ini bisa menjelaskan mengapa ada begitu banyak berkat yang dijanjikan kepada Abraham dan keturunannya. Mereka harus menjadi para misionaris dan penyalur kebenaran dari sejak awal. Adalah sangat penting agar kita mengenali bahwa kata kerja dalam bahasa Ibrani dalam kasus ini harus diterjemahkan sebagai kata kerja pasif (“mendapat berkat”) bukan secara reflektif (“memberkati diri mereka sendiri”), karena semua tata bahasa Ibrani yang lebih awal, berbagai versinya dan pengertian Perjanjian Baru menekankan hal itu. Ini adalah anugerah bukan hasil karya manusia.
Semua Bangsa akan Diberkati
Bangsa-bangsa akan diberkati melalui “keturunan” orang ini, merujuk kepada keturunan-keturunannya. “Sesungguhnya, keturunan” perempuan (Kej. 3:15), “keturunan” Sem di kemah di mana Tuhan mau datang dan berdiam (Kej. 9:27) dan “keturunan” Abraham semua membentuk suatu keutuhan kolektif. Entitas kolektif ini ditandai oleh serangkaian perwakilan yang berperan sebagai jaminan di muka untuk berkat tersebut sampai Kristus sendiri muncul dari garis keturunan yang sama sebagai bagian dari rangkaian dan entitas korporat tersebut.
Penerima mula-mula dari berkat ini adalah 70 bangsa yang terdaftar sebagai ”segala kaum” di bumi dalam Kejadian 10. Pasal ini mendahului kegagalan ketiga manusia di Babel, dan kemudian memimpin kepada penyataan maksud dan rencana Allah secara tiba-tiba kepada Abraham untuk membawa semua bangsa di dunia kepada diri-Nya. Perkataan kepada Abraham dimaksudkan untuk memiliki suatu dampak yang sangat besar bagi segala kaum di muka bumi. Ini sesungguhnya merupakan suatu panggilan misi yang mulia!
Bagi mereka yang tetap skeptis, yang berkata bahwa mereka tidak bisa melihat mandat Injil atau misi apa pun dalam Kejadian 12:2-3, mungkin bisa memperhatikan bahwa Paulus menyatakan Abraham sebagai pewaris seluruh dunia (Rom. 4:13). Warisan tersebut jelas memiliki natur rohani. Lebih lanjut, Paulus dengan jelas menyatakan bahwa Abraham telah menerima Injil yang diberitakan Allah kepadanya terlebih dahulu (Gal. 3:8) ketika Abraham menerima janji dalam Kejadian 12:3: “olehmu segala bangsa akan diberkati.” Dahulu itu adalah dan sekarang tetaplah kabar baik tentang Injil.
Misi Kita sebagai “Keturunan” Abraham dalam Kristus
Jika hari ini kita percaya pada Injil, maka kita adalah bagian dari “keturunan” Abraham (Gal. 3:29). Objek dari iman dan percaya masih tetap sama. Titik rujukan penting bagi orang Israel dan bangsa-bangsa di bumi adalah Manusia Perjanjian, yang harus datang melalui “keturunan” Abraham dan Daud: Yesus Kristus. Maka keseluruhan maksud Allah adalah, Dia akan membuat sebuah bangsa, memberikan mereka kemasyhuran, memberkati mereka supaya mereka boleh menjadi terang bagi bangsa-bangsa dan karena itu menjadi berkat bagi segala bangsa sebagai keturunan Abraham. Mundur akan menjadi kejahatan dari pihak Israel. Israel harus menjadi misionaris Allah kepada dunia – demikian juga dengan kita melalui identitas kita sebagai keturunan rohani Abraham! Misinya tidak berubah sampai hari ini. Abraham dan Israel tidak dimaksudkan menjadi penyalur pasif dari “keturunan” sama seperti kita juga tidak boleh menjadi pasif. Mereka harus menjadi berkat dengan secara aktif mengomunikasikan karunia Allah bagi dunia. Sebagian orang mungkin setuju bahwa objek iman dimaksudkan untuk datang dari keturunan Abraham, tetapi mereka mungkin tidak setuju bahwa Allah kemudian memberikan Abraham dan keturunannya suatu mandat misi seperti yang kita miliki. Mungkin mereka berpendapat bahwa Israel dimaksudkan untuk sepenuhnya pasif sementara Allah menjadi satu-satunya pemeran di dalam Perjanjian Lama. Akan tetapi, bagian-bagian berikut ini tidak mendukung pandangan seperti itu.
Tugas: Ringkaslah materi dan pelajari
コメント