top of page
Writer's picturesmtk kotakupang

PAK XI



B. Uraian Materi

Anak dalam Keluarga Dalam pernikahan, anak merupakan tanda utama dari cinta kasih yang saling berbalas dari suami istri. Anak merupakan anugerah utama bagi keluarga Kristen. Hal ini merupakan penyempurnaan dari trinitas segitiga cinta yang ada dalam lingkaran keluarga yang intim. Anak-anak akan dirawat dan dipenuhi kebutuhannya agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang dewasa dalam iman kepada Tuhan. Orang tua melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai ayah dan ibu sejak dalam kandungan sampai anaknya menikah. Hal ini membutuhkan kesabaran, kerja keras dan rasa tanggung jawab yang besar, karena kompleksitas kebutuhan anak yang harus dipenuhi. Tanggung jawab dalam keluarga tidak hanya berasal dari orang tua kepada anak-anak, namun juga harus ada hubungan timbal balik tanggung jawab anak kepada orang tua yang harus dilakukan dengan penuh cinta kasih.

Meskipun demikian, jangan menganggap suami-istri Kristen yang tidak memiliki anak adalah orang yang berdosa dan tidak diberkati. Ingatlah, Tuhan Yesus dan rasul Paulus juga tidak menikah atau berkeluarga. Tetapi hidup mereka justru diberikan untuk kemuliaan Tuhan dan melayani sesama. Hidup tanpa pasangan dan tidak mempunyai anak secara kristiani bisa menjadi hidup yang indah, keberkatan, dan berguna bagi sesama. 2. Tanggung Jawab Anak Sikap hormat kepada orang tua merupakan salah satu tugas moral yang harus dilakukan oleh anak sepanjang hidupnya. Sejak masa Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru, sikap ini ditekankan dalam Alkitab sebagai perintah yang harus dilakukan. Hubungan orang tua dan anak yang paling ideal dapat kita lihat pelajari dari kehidupan keluarga Tuhan Yesus (Lukas 2:41-52).


Suami, Istri, Anak

Yang terjadi dalam kehidupan sekarang adalah banyak anak yang membangkang kepada orang tua, karena anak menganggap sikap orang tua yang ketinggalan zaman, tidak banyak tahu apa-apa. Biasanya cuma melarang, menyuruh, menasihati sehingga banyak anak yang cenderung menjauhkan diri, seolah-oleh membuat tembok pemisah antara mereka. Anak merasa ingin bebas, ingin mempunyai pandangan sendiri, sehingga kurang senang pada otoritas atau kekuasaan orang tua yang mengatur. Keinginan untuk bebas ini dapat menimbulkan kejengkelan dan salah paham apabila antara orang tua dan anak tidak bisa memahami jalan pikiran masing-masing. Memang masa yang paling sulit seringkali adalah masa remaja. Di satu sisi, remaja mengalami perkembangan yang seringkali tidak bersesuaian dengan pendapat dan harapan orang tua dan lingkungan. Oleh karena itu, rupanya perlu ada pemahaman tentang perkembangan masa remaja sehingga dapat menghindari konflik yang seharusnya tidak terjadi. Terdapat empat aspek yang perlu dipahami, yaitu: perkembangan kognitif, moral-etika, ego, iman.


1. Perkembangan kognitif Pada usia ini remaja memasuki tahapan kematangan intelek. Remaja mampu berpikir jauh melebihi dunia nyata dan keyakinan sendiri, yaitu memasuki dunia ide-ide. Remaja bisa memecahkan masalah secara sistematis, tidak hanya meniru orang lain. Remaja bisa berpikir reflektif, mengevaluasi pemikiran, melakukan imajinasi ideal, dan berpikir abstrak.


2. Perkembangan moral-etika Pada usia ini, penekanannya adalah siapa yang memegang kekuasaan, mereka perlu dihormati. Remaja mulai senang menegakkan hukum dan disiplin, gemar memperhatikan kewajiban yang harus dilakukan dan memperhatikan tata kehidupan sosial serta kepentingan keamanan diri. Remaja menghormati orang yang memelihara aturan masyarakat.


3. Perkembangan ego Remaja berada dalam situasi di satu sisi ingin memiliki identitas pribadi, namun di sisi lain ingin menyisikan rasa kekaburan identitas. Remaja mulai belajar memberikan loyalitas terhadap suatu kelompok yang menjadi bagian identitas (kelompok teman, ideologi, kekristenan yang dianut). Adakalanya remaja juga mengevaluasi identitas yang dianggap kuno untuk dipikir ulang. Identitas meliputi tiga konsep diri yaitu seksual, pekerjaan/panggilan dan sosial. Remaja ingin tahu siapa dirinya dan ke mana hidup diarahkan, sehingga mereka menyenangi identitas diri yang unik. Remaja sering mengalami konflik identitas, karena ada jarak antara siapa diri yang sebenarnya dan keinginan menjadi pribadi ideal.


4. Perkembangan iman Pada usia ini, remaja membentuk sikap terhadap hidup melalui apa yang dipercayai oleh keluarga sendiri menuju pandangan di luar diri dan keluarga. Seringkali bagi remaja, Allah adalah pribadi yang paling berperan dalam hidupnya. Allah menjadi sahabat yang paling karib dan memahami kehidupan remaja. Remaja memiliki komitmen dan loyalitas yang sangat dalam terhadap Allah sebagai tempat menimba seluruh kepercayaan. Seringkali Allah juga dipandang sebagai ‘Allah kelompok’ atau ‘Allah kolektif’. Dengan pemahaman ini, orang tua memahami bahwa keinginan untuk bebas dan berdiri sendiri merupakan bagian dari pertumbuhan. Seorang anak tidak akan menjadi dewasa selama ia masih bergantung pada pikiran orang tuanya. Tetapi di pihak lain, anak juga harus memaklumi bahwa pikirannya keluar dari kepala yang belum banyak pengalaman. Memang seorang anak (remaja) sudah bisa menganalisa suatu masalah secara logis, tetapi dengan tingkat kognitif yang belum matang, seorang anak belum bisa memperhitungkan dampak dan konsekuensinya. Oleh karenanya, pikiran seorang anak perlu diimbangi dengan pikiran orang tua. Ketegangan antara anak dengan orang tua juga bisa dihindari kalau hubungan antara keduanya bersifat terbuka. Terkadang seorang anak berpikir untuk lebih mudah bercakap-cakap dengan kawan sebaya, ketimbang dengan orang tua. Padahal, orang tua sebetulnya ingin mengobrol dengan anak mereka yang remaja secara intim. Alkitab mengajarkan bahwa seorang anak harus menghormati orang tua. Hal ini bukan berarti bahwa seorang anak tidak berani bersanda gurau dengan orang tua. Menghormati bukan berarti manggut-manggut, padahal muka cemberut dan hati tidak ikhlas. Salah satu dari Sepuluh Hukum Tuhan dalam kitab Keluaran 20:1-17 adalah “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu” (Keluaran 20:12). Yang dimaksud dengan “hormat” adalah a. Hormat berarti bersikap santun dan patuh terhadap orang tua. Di dalam hukum Taurat tertera perintah yang mengharuskan orang Israel untuk menjatuhkan sanksi berat, yaitu kematian kepada anak yang mengutuki orangtuanya, “Apabila ada seseorang yang mengutuki ayahnya atau ibunya, pastilah ia dihukum mati; ia telah mengutuki ayahnya atau ibunya, maka darahnya tertimpa kepadanya sendiri” (Imamat 20:9).b. Hormat berarti bertanggung jawab memelihara kelangsungan hidup orang tua. Tuhan Yesus menegur orang Yahudi yang menyelewengkan perintah Tuhan akan persembahan atas dasar ketidakrelaan memenuhi kebutuhan orangtua (Matius 15:3-6). Juga, sebelum Tuhan Yesus mati di kayu salib, Ia meminta Yohanes untuk memelihara Maria, ibu-Nya (Yohanes 19:26-27). Semua ini memperlihatkan bahwa Tuhan menginginkan anak untuk bertanggung jawab memelihara kelangsungan hidup orang tua masing-masing.c. Hormat berarti menghargai dan mengahui kewibawaan orang tua, yaitu dengan mengakui bahwa orang tua ditugaskan oleh Tuhan untuk menjadi pendidik anak. memahami aspirasi orang tua, melihat motivasi positif di belakang nasihat dan larangan mereka, memaklumi kelemahan mereka, mengakui keunggulan mereka. Singkatnya, menghargai usaha orang tua untuk menghantar anak ke gerbang kedewasaan, sampai orang tua melepas anaknya untuk berjalan sendiri seutuhnya. Sikap hormat dan pengertian kepada orang tua dengan landasan cinta kasih dari Kristus, akan membangun sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia. Tidak ada orang tua yang mau mencelakakan anaknya sendiri, setiap orang tua pasti ingin melihat anaknya berhasil, sukses dan hidup bahagia, serta bertumbuh besar menjadi anak-anak yang takut akan Tuhan dan berhasil dalam hidupnya.


C. Penjelasan Bahan Alkitab

Lukas 2:41-52 Teks dalam Lukas ini mengisahkan keluarga Tuhan Yesus yang pergi ke Yerusalem dalam rangka merayakan hari raya di bait Allah. Tuhan Yesus menghormati kedua orang tuanya dengan cara mengikuti perintah orang tua untuk hadir dalam perayaan di bait Allah. Walaupun masih belia (berumur 12 tahun), Ia telah ditanamkan sikap takut akan Allah yang berbuah dalam perilakuNya sejak dini. Akibatnya, Tuhan Yesus bertumbuh dan semakin bertambah hikmatNya, sehingga semakin dikasihi oleh Allah maupun manusia.


Keluaran 20:12 Ayah, ibu, nenek, kakek, mereka adalah orang tua yang harusnya dikasihi dan dihormati terlepas dari kekurangan-kekurangan mereka. Diatas segalanya, kasih merupakan inti dasar kekristenan yang harus berlaku unconditional atau tanpa syarat. Hukum dalam Keluaran 20:12 ini mencakup semua tindakan baik dukungan material, hormat dan ketaatan kepada orang tua. Perintah ini mencegah kata-kata kasar dan dapat menyakiti hati orang tua. Sikap seorang anak yang menaruh hormat kepada orang tuanya, dampaknya bukan hanya diterima dari orang tua, melainkan dari Tuhan sendiri yang akan memberkati anak-anak. Setiap anak yang sungguh-sungguh menghormati orang tuanya akan hidup diberkati Tuhan secara jasmani dan rohani. Anak-anak sebaiknya jangan berlaku kurang ajar, jangan pernah hitung-hitungan ketika memberi sesuatu kepada orang tua, karena Tuhan sendiri yang akan membalas dan memberi berkat kembali dengan limpahnya. Anak-anak yang menghormati orang tuanya akan mengalami penggenapan akan janji Tuhan, yaitu umur panjang dan pemeliharaan Tuhan yang tak berkesudahan.


Kejadian 4:1-16 Kain dan Habel adalah anak-anak Adam dan Hawa. Kain bekerja sebagai petani, dan Habel menjadi gembala. Pada waktu mereka memberikan persembahan kepada Tuhan, Kain memberikan hasil buminya, sedangkan Habel memberikan ternaknya. Persembahan Kain ditolak, sedangkan persembahan Habel diterima. Hal ini disebabkan karena Habel memberikan yang terbaik, sedangkan Kain tidak. Akibatnya, Kain marah, ia mengabaikan teguran Tuhan, serta membunuh Habel, adiknya. Kain seharusnya melakukan intropeksi diri kemudian memperbaiki hal-hal dalam hidup dan persembahannya, namun tidak demikian. Ia marah karena iri hati, sehingga mengorbankan nyawa adiknya. Dosa iri hati adalah dosa yang kelihatan remeh, tetapi sangat berbahaya karena dapat mengakibatkan dosa-dosa yang lain. Akibatnya, Kain dihukum Tuhan dengan kutukan. Hubungan bersaudara antara Kain dan Habel yang awalnya baik dan penuh kasih, hilang karena sikap iri hati yang membawa akibat yang buruk. Hal ini perlu dihindari dalam hubungan antara saudara yang memiliki kontak intim karena berasal dari ayah dan ibu yang sama.

128 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page