top of page
Writer's picturesmtk kotakupang

Gambaran kota Korintus

Mata Pelajaran : Ilmu Pngetahuan Alkitab(IPAL)

Kelas : XII

Pertemuan ke : 4

Alokasi Waktu :4 jam pelajaran

Materi Pokok : surat 1 Korintus

1. Gambaran kota Korintus

Kota Korintus bukanlah kota kuno yang telah lama dikenal sebagai pusat perdagangan, budaya, dan berbagai macam kegiatan politik, melainkan kota ini pernah dihancurkan oleh orang-orang Romawi pada 146 SM. Barulah setelah kehancuran itu, kota Korintus dibangun kembali oleh Julius Caesar pada tahun 46 SM.

Setelah pembangunan kembali, kota ini pun dikenal sebagai pusat provinsi Romawi, yaitu Akhaya yang pada tahun 55 M dipimpin oleh Gubernur Galio dan menjadi pusat perdagangan yang berkembang, khususnya industri keramik (barang tembikar)

Selain perdagangan tembikar, kota ini dikenal juga karena kemajuannya yang pesat dalam kebudayaan, pendidikan, dan juga karena banyaknya agama Hellenis yang terdapat di sana.

Kota ini didominasi oleh Akrokorintus yang dikenal sebagai dewi asmara dan pemujaan dewi ini banyak menghasilkan tindakan-tindakan amoral pada zaman Aristofanes

Tindakan amoral itu didominasi oleh perilaku seksual yang sembarangan dan pemujaan dewa-dewi Romawi di kuil-kuil utama dan orang-orang Kristen di Korintus ada sebagian yang termasuk mengikuti praktik-praktik amoral tersebut.

· Gambaran Jemaat di Korintus

Gereja di Korintus didirikan pada perjalanan penginjilan Paulus yang kedua, sekitar musim gugur tahun 52 M, seperti yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 18:1-18. Di Korintus, Paulus tinggal selama 18 bulan, mengasuh gereja yang baru ini, sambil sehari-hari bekerja sebagai tukang membuat tenda.[5] Paulus menyebut orang Korintus 'tidak kekurangan dalam suatu karunia pun'.[2] Atas keadaan inilah, jemaat di Korintus menjadi sangat bergembira, namun sikap ini juga yang membuat jemaat di Korintus menjadi congkak, puas diri, sehingga keadaan jemaat menjadi kacau.[2] Akibat kekacauan ini, jemaat Korintus mengalami ekstase (kegembiraan yang meluap).[2] Ekstase ini ditujukan bukan lagi kepada Kristus, melainkan terhadap perempuan-perempuan yang dapat memenuhi hasrat mereka.[2] Terjadinya berbagai macam penyimpangan moral di jemaat Korintus sebenarnya timbul dari komunitas Yahudi Gnostik.[6] Gnostisisme adalah gerakan spiritual yang mempengaruhi kehidupan Kristen, awalnya di sekitar Laut Tengah.[6] Selanjutnya, dalam praktik penyembahan berhala, jemaat di Korintus dipengaruhi oleh pemikiran Yunani yang rasionalis.[2]

· Penulis dan Tempat Penulisan Surat I Korintus

Surat ini menyebut Paulus sebagai pengarang utama surat ini, bersama Sostenes, seperti yang tertulis di 1 Korintus 1:1. Tampaknya surat ini ditulis dengan bantuan seorang sekretaris (mengingat tidak mudahnya penulisan surat di atas kertas perkamen, tetapi di akhir surat ini, Paulus menulis dengan tulisan tangannya sendiri.Ia menulis surat ini di kota Efesus.

· Waktu penulisan

Berdasarkan informasi dari Kisah Para Rasul 20:31 kemungkinan besar pada tahun terakhir dari masa tinggal selama 3 tahun di Efesus, sekitar bulan Maret-April 56 M, yang berarti gereja Korintus saat itu berusia sekitar 4 tahun. Pendapat lain memberi perkiraan tahun 53,atau tahun 53-56. Tujuan penulisan

Keberadaan jemaat di Korintus dikenal karena perpecahan mereka antara berbagai golongan dan karena perilaku moral mereka yang menyimpang, sehingga masing-masing membanggakan keunggulannya dan berbuat semaunya tanpa ada aturan. Adanya perbedaan antara mereka sebenarnya bukan timbul dari kejahatan mereka saja, namun juga disebabkan oleh guru-guru agama yang membuat perbedaan golongan. Atas perbedaan-perbedaan inilah Paulus menulis suratnya untuk menegur perpecahan yang telah merusak iman jemaat.

· Garis Besar Isi

Secara garis besar, isi surat I Korintus terbagi menjadi sebelas, yaitu

Salam dan pengantar (1:1-9).

Perpecahan dalam jemaat; terdapat perbandingan antara ajaran Paulus dengan ajaran Apolos (1:10-4:21).

Kejadian maksiat (asusila) (5:1-13).

Peringatan lebih lanjut terhadap masalah asusila (6:1-20).

Pembicaraan mengenai perkawinan (7:1-40).

Persoalan tentang daging yang dipersembahkan kepada berhala: tafsiran Paulus mengenai pelayanan yang rasuli (8:1-11:1).

Pembenaran terhadap ketidakberaturan dalam perkumpulan ibadah; tutup kepala wanita, pesta kasih, dan perjamuan kudus (11:2-34).

Karunia-karunia rohani (12:1-31; 14:1-40).

Konsep tentang Kasih (13:1-13).

Ajaran Kristen yang benar tentang kebangkitan orang mati (15:1-58).

Petunjuk tentang pengumpulan persembahan bagi Yerusalem; berbagai macam peringatan; salam penutup (16:1-24)

Tema Pokok

· Pergumulan kepemimpinan dalam gereja

Jemaat terpecah menjadi berbagai kelompok yang memilih salah satu dari tiga pemimpin: Paulus, Petrus, atau Apolos (1:12). Paulus menasihatkan, "adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu?" (1:10,13).

· Orang Kristen yang bertindak buruk

Paulus heran dengan banyaknya tindakan yang bertentangan dengan sikap Kristen. Orang Kristen berkewajiban untuk mengkritik dan mendisiplin anggota-anggota mereka. Ia menasihati agar "jangan bergaul dengan orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu" (5:11). Bahkan lebih tegas Paulus menambahkan, "usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu" (5:13).

· Pernikahan

Tuhan memberikan kepada sebagian orang karunia menjadi suami atau istri, dan sebagian diberikan karunia untuk tinggal membujang, demi kepentingan kerajaan-Nya (7:7,32). Paulus mengakui "lebih baik kawin daripada hangus karena hawa nafsu." (7:9).

· Makan hidangan yang telah dipersembahkan kepada berhala

Paulus menganggap masalah ini tidak terlalu penting, karena semua makanan berasal dari Tuhan, namun demikian orang Kristen harus peka terhadap orang-orang percaya lain yang berkeberatan makan hidangan seperti itu (8:1-13).

· Pakaian untuk ibadah

Orang harus berpakaian dengan pantas, bukan sebagai orang yang pamer, menarik perhatian untuk diri sendiri, atau sebagai godaan untuk lawan jenis (11:1-16).

· Perjamuan Tuhan

Ini merupakan perayaan bersama untuk mengenang kematian dan kebangkitan Kristus. Jemaat Korintus telah menggantinya menjadi pemisahan makanan bagi orang yang kaya dan miskin. Orang miskin hanya makan makanan yang tersisa (11:20-33).

· Karunia Rohani

Tuhan memberikan kemampuan yang berbeda kepada berbagai orang. Setiap karunia penting dan bermanfaat dalam pekerjaan Tuhan (12:1-31).

· Kasih

Puisi tentang kasih muncul setelah Paulus berbicara mengenai karunia-karunia. Paulus menekankan bahwa semua kemampuan itu tidak berarti jika tidak keluar dari hati yang penuh kasih. Kemampuan untuk mengasihi seseorang adalah karunia terbesar dari semua karunia -lebih besar dari pengharapan bahkan lebih besar dari iman (13:13).

· Kebangkitan Kristus dan iman kita

Beberapa orang percaya saat itu tidak percaya bahwa tubuh akan dibangkitkan. Paulus mengajarkan bahwa, "jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu." Inilah jaminan bahwa orang yang telah mati akan dihidupkan kembali. Sebab kematian masuk ke dalam dunia dengan perantaraan satu orang, begitu juga hidup kembali dari kematian diberikan kepada manusia dengan perantaraan satu orang (15:20-21).

· Pokok-pokok Teologis

Ø Jemaat harus menjadi satu persekutuan di dalam Tuhan

Mengingatkan jemaat di Korintus untuk tetap dalam persekutuan (koinonia), sehati sepikir, seia-sekata dan jangan ada perpecahan di antara jemaat merupakan perhatian utama Paulus.

Peringatan ini diberikan oleh Paulus karena dalam jemaat timbul beberapa alasan yang membuat perpecahan itu,

pertama adanya berbagai ajaran yang membuat jemaat berselisih (1 Kor.1:11) dan iri hati (1 Kor.3:3)

Kedua, orang yang "kuat" mencari kesenangan sendiri dalam ritual penyembahan berhala, sehingga mereka tidak memperhatikan keadaan orang "lemah" (1 Kor.10:33), kemudian yang

ketiga adanya orang-orang tertentu yang melahap habis hidangan saat perjamuan bersama, sehingga orang yang datang belakangan tidak mendapatkan jatahnya dan menjadi lapar (1 Kor.11:17-34), dan

yang terakhir juga ditimbulkan karena adanya orang yang saling membanggakan karunianya masing-masing

Dalam peringatan ini juga, Paulus menggunakan metafora tentang banyak anggota dalam satu tubuh untuk memberitahu jemaat bahwa setiap anggota harus saling mendukung.

Ø Hidup kudus sebagai tubuh Kristus

Sebagai umat Allah, (1 Kor.1:24; 10:32) jemaat harus menunjukkan hidupnya dalam kekudusan

Paulus harus mengingatkan bahwa status mereka bukanlah lagi "orang biasa", melainkan mereka adalah umat yang telah disucikan, dikuduskan serta dibenarkan oleh Allah dalam Yesus Kristus dan Roh Kudus

Peringatan ini diberikan oleh Paulus karena banyak dari anggota jemaat yang terlibat dalam hubungan seks, bahkan hubungan seks sesama anggota keluarga, padahal mereka belum ada dalam hubungan suami-isteri, ada juga yang datang ke kuil-kuil untuk dilayani pelacur, dan melakukan ritual-ritual penyembahan berhala.

Sebenarnya prkatek-praktik kejahatan dan perzinahan tersebut pada saat itu tidak dilarang, bahkan diizinkan oleh tradisi karena saat itu sedang terkenal istilah "tubuh adalah rumah jiwa", sehingga orang harus menjaga jiwa dengan memenuhi keinginan tubuh mereka

Untuk menanggapi persoalan bergaul dengan pelacur, Paulus berangkat dari Amsal 6:26&32 bahwa selain merusak, hal itu juga dapat menyebabkan berdosa terhadap dirinya sendiri

Kedua, menanggapi slogan yang terkenal di atas, Paulus menegaskan bahwa tubuh adalah milik Allah dan merupakan bagian dari anggota tubuh Kristus, oleh karena itu jemaat harus memuliakan Allah dengan tubuhnya

Ø Kebangkitan orang mati

Permasalahan ini timbul ke permukaan disebabkan oleh sekelompok orang yang tidak memahami kebangkitan tubuh (1 Kor. 15:12) serta bagaimana kebangkitan itu terjadi (1 Korintus 15:35)

Masyarakat Roma memahami bahwa kematian dapat membebaskan jiwa dari tubuh

Maka dari itulah jemaat Kristen di Korintus tidak percaya akan hal ini, karena pemahaman mereka yang masih dipengaruhi oleh Helenistik yang mengatakan bahwa jika ada kehidupan sesudah kematian, maka hanya merupakan tipe dari suatu keberadaan yang tidak bertubuh

Maka tanggapan Paulus akan hal ini menegaskan bahwa orang yang sudah mati dapat bangkit sekalipun tubuh jasmaninya (soma psychicon) telah hancur, karena menurutnya kehancuran tubuh jasamani itu akan diganti dengan tubuh rohani dalam kepribadian yang dikenal Allah (soma pneumatikon).

Melalui masalah kebangkitan ini, Paulus juga ingin memberitahu pada jemaat Korintus bahwa mereka semua telah memiliki iman yang sama yaitu iman di atas Yesus Kristus yang telah bangkit pada hari ketiga dari antara orang mati.

Lewat pemberitaan ini, Paulus menghubungkan bahwa antara kebangkitan Yesus dengan kebangkitan orang percaya pada masa depan tidak terpisahkan. Ketidakterpisahan ini dikatakan Paulus bahwa kematian orang-orang percaya tidak akan binasa, karena mereka mati bersama Kristus dan kematiannya tidak menjadi binasa karena kebangkitan Kristus.

Selanjutnya, Paulus juga memberikan perhatiannya pada kebangkitan orang percaya pada masa depan.Ia menegaskan bahwa tanpa kebangkitan tubuh, tidak mungkin ada kekekalan (1 Kor.15:18,19)

Tugas

1. carilah masalah-masalah yang ada di jemaat Korintus atau perselisihan dan dosa dalam jemaat di Korintus!

2. Jelaskan apa perbedaan hikmat Allah dan hikmat manusia menurut pasal 1 dan 2!

3. Menghubungkan pembahasan Paulus mengenai rupa-rupa karunia dengan pemahaman gereja-gereja mengenai karuni Roh!

4. jelaskan maksud perawinan dan percabulan dalam pasal 6-7 surat 1 Korintus!

5. Jelaskan apa yang dimaksud persembahan kepada berhala dalam pasal 8 surat 1 Korintus!

195 views0 comments

Recent Posts

See All

Comentarios


bottom of page