top of page
Writer's picturesmtk kotakupang

Surat Paulus kepada Jemaat di Galatia

Materi Pelajaran IPAL Kelas : XII Alokasi waktu : 4 Jam Pelajaran Materi : Surat Paulus kepada Jemaat di Galatia

1. Surat Paulus kepada Jemaat di Galatia

Surat Paulus kepada Jemaat di Galatia adalah salah satu kitab dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Kitab ini sebenarnya berwujud sebuah surat yang ditulis oleh rasul Paulus untuk jemaat di kota Galatia (sekarang di wilayah negara Turki). Nama Kitab ini berasal dari nama tempat yang menjadi tujuannya. Orang-orang Galatia adalah orang-orang yang berasal dari suku bangsa Keltik yang masa itu tinggal di Asia Kecil. Setelah Injil tentang Yesus mulai diberitakan dan diterima di antara orang-orang bukan Yahudi, timbullah pertanyaan apakah untuk menjadi seorang Kristen yang sejati orang harus mentaati hukum agama Yahudi. Paulus mengemukakan bahwa hal itu tidak perlu -- bahwa sesungguhnya satu-satunya dasar yang baik untuk kehidupan Kristen adalah percaya kepada Kristus. Dengan kepercayaan itu hubungan manusia dengan Tuhan menjadi baik kembali. Tetapi orang-orang yang menentang Paulus telah datang ke jemaat-jemaat di Galatia, yaitu sebuah daerah di Anatolia Pusat di Asia Kecil.[ Mereka berpendapat bahwa untuk berbaik kembali dengan Tuhan, orang harus melaksanakan hukum agama Yahudi.

2. Tujuan

Surat Galatia ini ditulis untuk menolong orang-orang yang telah disesatkan oleh ajaran-ajaran palsu. Dengan kata lain, supaya mereka kembali taat kepada ajaran yang benar. Paulus memulai suratnya ini dengan berkata bahwa ia adalah rasul Yesus Kristus. Paulus dengan tegas mengatakan bahwa dia dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi rasul dan bukan dari manusia. Dia juga mengatakan bahwa tugasnya ditujukan terutama untuk orang yang bukan Yahudi (1-2). Setelah itu, Paulus mengajarkan kepada jemaat Galatia bahwa hubungan manusia dengan Tuhan diperbaharui atau menjadi baik kembali hanya melalui percaya kepada Kristus (3-4). Di dalam pasal-pasal terakhir kitab ini (5-6), Paulus menjelaskan bahwa cinta kasih yang timbul pada diri orang Kristen itu disebabkan karena iman percayanya kepada Kristus. Iman percaya tersebut akan dengan sendirinya menyebabkan orang itu melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan karakter Kristus, yaitu kasih.

3. Waktu penulisan

Surat ini diyakini ditulis pada pertengahan kedu) tahun 56 M. Pendapat lain memberi perkiraan tahun 53, atau tahun 53-56.

4. Isi

Garis-garis besar surat Paulus kepada jemaat Galatia:

· Pendahuluan 1:1-10

· Hak Paulus sebagai rasul 1:11--2:21

· Injil tentang rahmat Tuhan 3:1--4:31

· Kebebasan dan kewajiban orang Kristen 5:1--6:10

· Penutup 6:11-18

5. Ayat-ayat terkenal

· Galatia 3:28: Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. · Galatia 5:22-23: Buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.

6. Latar Belakang

Surat Galatia ini ditulis oleh Paulus dengan alasan tertentu. Paulus diberitahu bahwa jemaat di Galatia dikacaukan oleh pengajaran yang sesat. Surat Paulus ini juga ditulis di tengah-tengah hangatnya pergumulan di komunitas yahudi pada saat itu. Orang-orang Yahudi ingin men-yahudi-kan segala jemaat dan mereka memasuki juga jemaat yang didirikan oleh Paulus. Hal ini pun mendapat perlawanan dari Paulus.

Orang Yudais itu mencoba meyakinkan orang-orang Galatia bahwa keselamatan harus dikerjakan dengan jalan menaati Hukum Taurat. Paulus pun mendapat cobaan dan tantangan dalam halam hal ini. Mereka sengaja melakukan hal tersebut untuk menghasut orang-orang Galatia untuk melawan Paulus, dengan menghasut kerasulannya.

Paulus memang tidak diteguhkan menjadi rasul oleh rasul dan dia juga tidak menjadi murid Yesus ketika Yesus hidup. Bahkan Paulus tidak pernah melihat Yesus dengan mata kepalanya sendiri. Hal inilah yang dipertanyakan oleh orang yang menghasut oleh Paulus. Dari isi surat Galatia ini, kita dapat menyimpulkan bahwa usaha tersebut hampir berhasil (1:6). Oleh karena itu, Paulus bereaksi dengan tegas, emosi, dan terus terang, tetapi juga memiliki argumen yang kuat.

7. Muatan teologis

Paulus berpendapat bahwa tuntutan agar orang-orang bukan Yahudi yang telah bertobat tunduk terhadap Taurat telah merusak pesannya bahwa manusia dibenarkan hanya karena imannya di dalam Kristus, bukan karena melakukan Taurat.

Paulus menolak paham yang menekankan Hukum Taurat. Para penentang Paulus menekankan agar orang-orang non-Yahudi yang menerima Yesus sebagai Mesisas harus terlebih dahulu menjadi orang Yahudi dan menaati hukum-hukum yang dipaparkan dalam Kitab Suci. Sedangkan Paulus mempertahankan bahwa cerita Kitab Kejadian mengenai Abraham menunjukkan bahwa yang dituntut dari keturunan Abraham terutama adalah iman (3:8).] Bagi orang-orang non-Yahudi yang bertobat, iman itulah yang mempersatukan mereka dalam Kristus (3:26).

Dalam Pandangan Paulus, manusia tidak dihakimi berdasarkan perbuatannya, tetapi oleh apa yang telah mereka terima dari Kristus.[

8. Permasalahan PaulusDalam Surat Rasul PaulusKepada Jemaat di Galatia

Surat ini adalah surat tertua dari Paulus yang tercatat dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, bahkan mungkin surat pertama Paulus kepada jemaat. Surat kepada jemaat di Galatia ditulis sebelum semua Injil dalam Perjanjian Baru ditulis. Memang kebanyakan surat-surat Paulus ditulis sebelum Injil selesai ditulis. Paulus menulis surat ini "kepada jemaat-jemaat di Galatia." Para ahli-ahli tafsir Kitab Suci masih mempertanyakan dimanakah dan kepada siapakah surat ini ditujukan. Hal itu tercipta setelah para ahli-ahli tafsir menemukan bahwa pada zaman dimana Paulus hidup daerah Galatia itu mengandung dua arti. Apakah surat itu ditujukan kepada orang-orang di Provinsi Galatia atau menuju pada orang-orang Galatia di desa Galatia. Hal yang masih diperdebatkan sampai saat ini melihat peta dan sejarah Jemaat Galatia. Namun, banyak ahli-ahli yang menyimpulkan bahwa Jemaat yang dimaksud adalah Jemaat-Jemaat Kristen yang ada di Provinsi Galatia. Sebuah kesimpulan yang belum bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Jauh dari hal itu, Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia merupakan sebuah surat yang berisikan himbauan dan pertanyaan refleksi kepada jemaat-jemaat Galatia akan apa yang mereka imani dan hidupi. Masyarakat Galatia sendiri merupakan kelompok-kelompok orang yang di dalamnya terdapat Kaum Yahudi dan non-Yahudi. Permasalahan seringkali muncul dari keduanya yang masih memegang teguh apa yang sebelumnya mereka hidupi dan alami. Masyarakat di Galatia kerap bertikai akan hukum yang mereka jalankan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Santo Paulus yang pernah tinggal disana dan merasakan atmosfer di Galatia begitu paham akan permasalahan yang mereka hadapi dan karakter-karakter yang dimilik bagsa Galatia.

Yesus Kristus yang menjadi pedoman ajaran Paulus adalah seorang yang berasal dari tradisi Yahudi. Yesus Kristus menjalani tradisi sejak awal hidupnya. Yesus Kristus disunat, sunat merupakan hukum yang diterapkan oleh bangsa Yahudi. Yesus Kristus lahir dan besar di dalam tradisi Yahudi. Oleh karena itu, Yesus juga ikut disunat sebagai lambing keikutsertaan dalam tradisi Yahudi itu sendiri.

Paulus yang latar belakangnya juga lahir dan dibesarkan di dalam tradisi Yahudi juga menjalankan hukum taurat yang mewajibkan sunat itu. Sebelum menjadi seorang rasul, Paulus adalah seorang Farisi yang begitu taat dan total dalam menjalankan Hukum Taurat. Kehidupannya sebelum terpanggil, penuh dengan tradisi dan hukum-hukum taurat. Dalam surat Filipi Paulus memperkenalkan diri sebagai yang disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dan suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendiriannya terhadap hukum Taurat dan pengakuannya bahwa dia orang Farisi, tentang kegiatan sebagai panganiaya, tentang kebenaran dalam menaati hukum Taurat dan perakataanya bahwa dia dahulu orang yang tidak bercacat. Sebuah pernyataan frontal bahwa dia adalah seorang Yahudi yang begitu loyal terhadap Yahudi dan hukum Tauratnya.

Persoalan utama dalam surat ini adalah persoalan yang sama yang dibahas dan dipecahkan dalam sidang di Yerusalem. Persoalan utama itu meliputi iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat itu satu-satunya syarat untuk selamat dan ketaatan kepada upacara dan peraturan Yahudi tertentu dari P.L. diperlukan untuk memperoleh keselamatan dalam Kristus.

Permasalahan yang timbul menjadikan Paulus berpikir untuk mengajarkan dan mewartakan agar jemaat-jemat di Galatia percaya dan kembali kepada Yesus yang bangkit dan mati bagi umat manusia.

Kekacauan yang timbul dari masyarakat Galatia yaitu mempertentangkan sunat. Orang-orang non-Yahudi merasa bahwa sunat merupakan hal yang tidak terlalu bermasalah. Namun, orang-orang Kristen yang berasal dari keturunan Yahudi dan tradisi Yahudi menganggap bahwa sunat adalah hal mutlak yang seharusnya dijalankan sesuai dengan apa yang berlaku di hukum Taurat. Hal itu dilihat dari Yesus dan Paulus yang dengan disunat pada saat mereka masih bayi. Kaum Kristen Yahudi sangat yakin bahwa sunat memiliki suatu hal yang harus dipenuhi. Walaupun Paulus berlatar belakang orang Yahudi, Paulus lebih menyetujui pernyataan orang Kristen non-Yahudi. Setiap orang yang mengikuti Kristus memiliki kebebasan akan imannya namun bertanggung jawab akan kebebasan itu dan tidak menyalahgunakannya. Bahkan Paulus berkata bahwa “jika kamu menyunatkan dirimu dan mengikuti hukum Taurat maka kamu lepas dari Kristus dan hidup di luar kasih karunia.” Pernyataan pedas dengan tujuan untuk menghimbau orang Kristen Galatia agar hidup menurut iman bukan hidup menurut hukum Taurat.

Dalam perjalanannya orang-orang Kristen Galatia menyalahgunakan kemerdekaan yang telah diberikan Paulus. Mereka meninggalkan hukum Taurat dan bertindak sesuai dengan keinginan mereka. Tanggung jawab yang dipercayakan oleh Paulus disalahgunakan oleh orang Kristen Galatia sehingga Paulus kecewa akan perlakuan mereka. Pilihan awal yang diberikan Paulus kepada mereka yaitu iman dan hukum seakan-akan hanya angin lewat semata yang tidak dihargai makna yang ada di dalamnya. Pilihan yang berarti kemerdekaan, dan hidup karena Roh Tuhan. Hendaknya kemerdekaan ini jangan mereka salah gunakan, hendaknya digunakan untuk saling melayani dan saling mengasihi. Kecintaan Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia membuat dia bertanggung jawab untuk mengembalikan iman jemaat di Galatia. Kecintaannya juga terpampang jelas pada suratnya yang terkadang sungguh halus, akrab, dan mesra.

Pada saat itu muncul pengacau-pangacau dari luar Galatia yang memaksakan sunat Yahudi dan hukum Taurat Musa. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen. Mereka sungguh berpegang teguh pada sunat dalam tradisi Yahudi dan Taurat Musa yang mereka anggap juga perlu bagi orang Kristiani. Mereka beranggapan bahwa orang Kristiani juga harus melaksanakan apa yang ada di hukum Taurat Musa. Masyarakat yang sebelumnya sudah diberi pembekalan oleh Paulus bahwa mereka memiliki kebebasan sebagai orang Kristen merasa terancam apalagi para pengacau-pengacau itu mencoba menghancurkan jabatan Paulus sebagai Rasul Tuhan. Mereka berkata bahwa Paulus bukan seorang Rasul sejati karena Paulus tidak pernah bertemu dengan Yesus dan tidak pernah hidup bersama dengan Yesus sehingga bagaimana mungkin seorang Paulus bisa mengetahui Injil dan mengatakan injil itu benar. Mereka menganggap bahwa Injil yang dipegang oleh Paulus adalah Injil palsu yang tidak berdasarkan kisah nyata layaknya Injil lainnya

.

Dari isi surat ini, tampaknya para pemimpin Yahudi yang melawan Paulus di Galatia menyerangnya secara pribadi supaya melemahkan pengaruhnya dalam gereja-gereja. Mereka menuduh bahwa Paulus tidak termasuk kelompok rasul-rasul yang asli, dan karena itu tidak memiliki wibawa rasuli. berita yang disampaikannya menyimpang dari Injil yang diberitakan di Yerusalem dan beritanya mengenai kasih karunia akan mengakibatkan ketidakpatuhan kepada hukum.

Paulus langsung menanggapi ketiga tuduhan itu. Dengan penuh semangat ia membela kekuasaannya sebagai rasul Yesus Kristus, wibawa yang diterimanya langsung dari Allah dan disahkan oleh Yakobus, Petrus, dan Yohanes. Dia dengan penuh gairah mempertahankan Injil keselamatan yang terjadi karena kasih karunia oleh iman kepada Kristus. Akhirnya, Paulus dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa Injil Yesus Kristus yang sejati meliputi kebebasan dari perhambaan legalisme Yahudi pada satu sisi dan kebebasan dari dosa dan tindakan tabiat berdosa pada sisi yang lain. Kebebasan Kristen yang sejati meliputi hidup oleh Roh dan menggenapi hukum Kristus.

Surat ini berisi suatu sketsa watak orang-orang percaya Yahudi yang menentang Paulus di Galatia, Antiokhia, dan Yerusalem, dan di semua wilayah yang dilayaninya. Paulus melukiskan mereka sebagai pengacau dan pemutar balik, penghalang, dan orang yang suka menonjolkan diri secara lahiriah dan berusaha untuk mengelak penganiayaan karena penghinaan salib Kristus. Secara tidak langsung Paulus menggambarkan mereka sebagai orang yang ingin menyenangkan manusia, saudara-saudara palsu, saudara-saudara yang bersunat, dan manipulator.

Dalam paragraf awal surat Rasul Paulus kepada jemaaat di Galatia, Paulus sempat berkata bahwa hanya ada satu injil. Injil yang diwartakannya adalah benar-benar Injil. Mereka yang mencoba menentangnya, dianggapnya sebagai pengacau-pengacau yang hendak memutarbalikan fakta Injil Kristus. Apa yang tidak selayaknya dibuat oleh sesama saudara di dalam Kristus. Paulus menyebut mereka saudara palsu karena Paulus mencurigai keberadaan mereka yang menyebarkan ajaran-ajaran yang tidak datang dari Roh Kudus sebagai perantara.

Orang-orang Yahudi iri hati dan bersekongkol dalam mufakat publik untuk mengusir Paulus dari Galatia. Perselisihan tersebut menyebabkan perselisihan di antara jemaat di Antiokhia. Petrus yang bertindak sebagai seoarang pemimpin mengambil sebuah keputusan kontroversial yang membebaskan setiap orang Kristen keturunan Yahudi untuk mengikuti atau tidak mengikuti Hukum Taurat. Paulus memperjuangkan mati-matian bahwa sunat dan hukum Taurat tidak diperlukan lagi dalam kekristenan. Adalah iman yang menjadi kunci keberhasilan dalam mengikuti Yesus sang Guru. Setelah menentang keputusan Petrus, apa yang ditentang dan pembelaan Paulus tidak sepenuhnya menang. Saudara-saudara palsu semakin brutal dan semakin mempernalkan kepada jemaat di Galatia bahwa Paulus bukanlah sang Rasul seperti apa yang diceritakan banyak orang. Mereka yang setia pada ajaran dan Injil Paulus tetap berpegang teguh dan percaya akan ajaran Paulus adalah benar-benar bentuk dari penerangan Kristus dalm dirinya.

Melalui iman paulus mengatakan semua jalan kebenaran dan hidup. Tidak ada yang dapat dibenarkan di hadapan Allah selain iman kepadanya. Paulus sebagai pejuang iman begitu menolak ajaran-ajaran dari saudara-saudara palsu yang mengutamakan Taurat sebagai pedoman hidup layaknya orang Yahudi. Paulus mencoba membuka mata mereka lebih lebar agar dapat menangkap Roh Tuhan yang hidup. Roh Tuhan mengutamakan Cinta dan Kasih sebagai sebuah perlintasan pasti yang tak tergantikan menuju Sang Pencipta dan Putra-Nya.

Memang Paulus tidak pernah berhubungan dekat dengan para rasul lainnya. Hal itulah yang menjadi dasar serangan kaum Kristen Yahudi. Kehidupannya yang tanpa orang-orang dekat Yesus. Tetapi apa yang disampaikannya dan di ajarkannya adalah berasal dari Tuhan dan Roh Kudus. Hal itu menjadi dasar bahwa atas dasar karunia Roh Kuduslah Injil itu ia dapatkan dan merupakan sebuah karya yang benar-benar mendapat persetujuan dari Yesus.

Di satu sisi Paulus menghakimi umat Galatia yang mengikuti para penghasut yang datang dari Yerusalem. Dalam suratnya Paulus menulis kata-kata yang menyayat hati umat Galatia sehingga mereka menumpahkan air mata kesedihan. Paulus mencoba memberikan pertanyaan kepada mereka apakah mereka memilih hukum Taurat atau janji. Janji tidak dapat dibatalkan oleh hukum Taurat dan hukum Taurat tidak menjadi sebuah jaminan resmi kehidupan.

Yesus mengajarkan persaudaraan begitu pula dengan Paulus. Paulus mengajarkan jemaat Galatia agar tidak lupa akan sesama dan hubungan semula yang pernah mereka jalankan. Paulus mengajarkan agar mereka senantiasa bersatu dalam Kristus dan tidak terpecah belah karena satu dan lain hal meskipun mereka berasal dari latar belakang yang berbeda.

Emosi Paulus begitu bergejolak yang bisa kita lihat di awal suratnya. Ia menyingkat ucapan salam dan doa, langsung menyatkan keheranannya bahwa jemaat di Galatia telah meninggalkan Kristus, dan mengutuk siapapun yang telah mengajarkan injil lain yang bertentangan dengan yang Paulus wartakan.

Paulus bersikeras bahwa Injil yang ia wartakan adalah injil yang benar dan murni. Ia juga memastikan bahwa pemimpin-pemimpin di Yerusallem telah menyetujui dan mengetahui apa yang diwartakannya. Keheranan Paulus tergambar dalam ucapan-ucapan pedasnya di dalam suratnya. Beliau mengkritik kehidupan orang-orang Galatia yang semakin meninggalkan predikat mereka sebagai pengikut Kristus. Paulus sungguh kecewa akan apa yang mereka telah lakukan.

Dalam Galatia 6:11-18 tertulis bahwa Paulus memberikan wejangan agar jangan mudah percaya akan kedatangan pengacau-pengacau. Para pengacau hanya ingin menonjolkan diri dan memaksa sunat, hanya dengan maksud agar para pengacau tersebut tidak dianiaya karena salib Kristus. Oleh karena itu, Paulus melarang jemaat Galatia agar terpengaruh dan jatuh kedalam perangkap mereka. Karena apa yang diajarkan Yesus itu bersifat bebas dan mengandung makna kemerdekaan di dalamnya yang tidak dapat ditemukan di tempat lain. Berhati-hatilah dan bertanggung jawablah akan apa yang telah dipercayakan Yesus.

9. Ciri-ciri khas: Empat ciri unik menandai surat ini:

1. Surat ini merupakan pembelaan yang paling bersemangat dalam PB tentang sifat hakiki Injil. Nadanya tajam, berapi-api dan mendesak ketika Paulus menghadapi pelawan-pelawan yang salah (mis. Gal 1:8-9; Gal 5:12) dan menegur anggota jemaat Galatia karena mudahnya mereka tertipu (Gal 1:6; Gal 3:1; Gal 4:19-20).

2. Surat ini hanya diungguli oleh surat 2 Korintus dalam jumlah petunjuk mengenai kehidupan Paulus.

3. Surat ini adalah satu-satunya surat yang dialamatkan secara tegas kepada beberapa jemaat

4. Surat ini berisi daftar buah Roh (Gal 5:22-23) dan daftar yang paling lengkap mengenai perbuatan-perbuatan tabiat berdosa (Gal 5:19-21).

10. HIDUP MENURUT DAGING ATAU HIDUP MENURUT ROH ALLAH (Rom 8:5-8; Gal 5:16-18)

Allah menciptakan manusia menjadi mahkluk hidup yang berakal, bermoral, sehat dan kuat. Manusia diciptakan Allah agar hidup mereka tertata dengan baik. Manusia diciptakan menjadi makhkluk hidup yang memiliki tujuan hidup yang jelas. Ada dua hal yang diperhadapkan kepada manusia mengenai tujuan hidup dan kedua hal ini sangat bertentangan dan berlawanan tidak bisa disatukan yaitu;

1. Hidup Menurut Daging.

Hidup menurut daging lebih gampang dan mudah dilaksanakan daripada hidup menurut Roh Allah. Hal ini disebabkan karena keinginan daging lebih nikmat di bumi dibandingkan keinginan Roh. Manusia juga masih hidup dalam daging dan masih banyak godaan dan cobaan yang menyangkut hal-hal daging. Tabiat-tabiat daging (dosa) sudah ada di dalam diri manusia sehingga hal itu yang menyebabkan orang percaya sulit untuk hidup menurut Roh Allah.Hidup menurut daging berarti memikirkan hal-hal yang dari daging (Rom. 8:5). misalnya materi, kekayaan, kekuasaan dan lain sebagainya. Dalam Galatia 5:19-21 berkata keinginan daging adalah percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, pencideraan. semuanya keinginan daging ini mengarah kepada maut yaitu kematian yang bersifat kekal (Rom. 8:6). Keinginan daging adalah perseteruan dengan Allah karena ia tidak takluk kepada hukum Allah (Rom.8:7). Perseteruan artinya perlawanan dengan hukum Allah. Keinginan daging ini tidak berhubungan dengan hukumnya Allah. Hidup dalam hukum Allah adalah kekal sedangkan hidup dalam daging adalah kematian (Rom 8:13).

2. Hidup Menurut Roh Allah

Hidup menurut Roh Allah artinya Roh memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus Yesus dari hukum dosa dan hukum maut (Rom. 8:2). Dosa pada dasarnya membuat manusia akhirnya mengalami kematian namun akhirnya Roh Allah itu menghidupkan kehidupan manusia dan melepaskan dari setiap belenggu-belengu dosa dan kematian. Roh Allah yang diam di dalam diri seseorang akan menghidupkan juga tubuh mereka yang fana (Rom. 8:11). Manusia yang sudah hidup dalam Roh Allah pasti mereka memikirkan hal-hal yang dari Roh (Rom 8:5) yaitu; Galatia 5: 22-26 berkata: mengenai buah Roh: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Keinginan-keinginan yang muncul di dalam diri seseorang yang mengalami Roh Allah adalah hidup dan damai sejahtera (Rom. 8:6). Roh Allah (Kristus) merupakan salah satu bukti mereka milik Kristus. Jika orang tidak memiliki Roh Kristus maka ia bukan milik Kristus yang nyata (Rom.8:9). Jika seseorang ingin hidup menurut Roh lebih lagi maka mereka harus mematikan perbuatan-perbuatan tubuh (daging) (Rom.8:13). Gelar sebagai anak Allah diberikan kepada orang-orang yang dipimpin oleh Roh Allah (Rom.8:14). Roh Allah menjadikan mereka anak Allah (Rom.8:15). Setiap orang yang hidup dalam Roh Allah, mereka selalu berseru kepada Allah dan mereka pasti mengatakan Ya, Abba, Ya Bapa ! (Rom.8:15). Anak-anak Allah yang dipimpin oleh Roh Allah, mereka bersaksi bersama-sama dengan roh mereka bahwa mereka adalah anak-anak Allah. Anak-anak Allah adalah ahli waris kerajaan Allah yang berhak menerima janji-janji Allah (Rom.8:7)

Intinya

· Hidup menurut daging adalah hidup dalam kenikmatan semata yang mengarah kepada kebinasaan.

· Hidup menurut Roh Allah adalah hidup dalam kehendak Allah dan hukumnya Allah tanpa ada unsur kedagingan. Sebab kedua hal ini tidak bisa disatukan. Arahnya kepada kehidupan kekal.

Galatia 5:16-26 menunjukkan bahwa perbuatan baik di dalam kekristenan sebenarnya lebih ke arah apa yang Allah lakukan bagi kita daripada apa yang kita lakukan bagi Allah. Theosentris (berpusat pada Allah), bukan anthroposentris (berpusat pada manusia).

Untuk memperjelas poin ini Paulus memaparkan beberapa kontras: antara keinginan daging dan keinginan Roh (5:16-17), antara Hukum Taurat dan pimpinan Roh (5:18), antara perbuatan daging dan buah Roh (5:19-23). Masing-masing kontras saling berkaitan erat dan bermanfaat untuk menerangkan keunikan perbuatan baik menurut Alkitab.

Perbuatan Daging (ayat 19-21)

· Galatia 5:19-21 memberikan beberapa gambaran yang bermanfaat untuk memahami dosa. Yang pertama, dosa bersifat kentara (ayat 19a). Kata sifat phaneros (LAI:TB “nyata”) menunjuk pada sesuatu yang sangat jelas atau diketahui oleh publik. Peletakan kata phanera di awal kalimat turut mempertegas hal ini. Poin inilah yang ingin ditekankan oleh Paulus. Ia ingin menyampaikan satu pesan: “tidak sulit menemukan berbagai kejahatan”.

· Keprihatinan Paulus seharusnya menjadi keprihatinan kita juga. Apa yang sudah “terbiasa” seringkali dipandang “tidak apa-apa”. Apa yang “normal” seringkali dinilai sebagai apa yang “normatif”. Beberapa orang yang tidak melakukan “hal-hal yang biasa” semacam itu bahkan dapat dipandang sebagai orang aneh.

· Yang kedua, dosa bersifat jamak (ayat 19-21a). Masih berhubungan dengan poin di atas, dosa menjadi terbiasa di mata kita karena jumlahnya sangat beragama. Bentuk jamak ta erga di ayat 19a (semua versi Inggris “works”, kontra LAI:TB “perbuatan”) menunjukkan keragaman. Keragaman ini diperkuat dengan deretan dosa di ayat 19-21, yang pada akhirnya tidak dituntaskan oleh Paulus. Ia hanya menutup daftar tersebut dengan “dan sebagainya” (kai ta homoia toutois). Kejamakan ini sudah sedemikian besar dan luas, sehingga menyebutkannya satu per satu merupakan tindakan yang mustahil untuk dilakukan. Dosa sudah menjadi terlalu terbiasa untuk disangkal dan menjadi terlalu beragam untuk disebutkan.

· Yang ketiga, dosa bersumber dari kedagingan (ayat 19a). Kata “daging” (sarx) dalam tulisan Paulus dapat berarti macam-macam, misalnya tubuh, kesementaraan, maupun natur yang dirusak oleh dosa. Penggunaan sarx di Galatia 5:19a merujuk pada arti yang terakhir (natur yang dirusak oleh dosa). Perlu diingat, walaupun kata yang digunakan secara hurufiah berarti “daging”, tetapi sarx tidak boleh dibatasi pada hal-hal yang berhubungan dengan tubuh (jasmani) saja. Sarx merujuk pada seluruh detil natur manusia, baik yang terlihat (tubuh) maupun yang tidak terlihat (hati dan pikiran).

· Baik Tuhan Yesus maupun para rasul mengajarkan bahwa natur manusia tidak netral. Natur kita sudah tercemar oleh dosa. Segala kejahatan berasal dari hati yang jahat (Mat 15:16-20). Seluruh bagian dalam diri kita - baik mulut, pikiran, tubuh, perasaan, dan kehendak - sudah dikuasai oleh dosa (Rm 3:10-18). Tidak melakukan apa-apa terhadap kecenderungan ini sama saja dengan membiarkan diri kita ditaklukan oleh kecenderungan tersebut.

· Dalam konsep Alkitab, persoalan dosa lebih ke arah internal (natur yang berdosa). Godaan dunia maupun tipu daya Iblis hanyalah daya tarik dari luar. Selama yang di dalam berhasil dikontrol dengan baik, semua yang dari luar tidak akan menentukan. Kontrol ini bukan dari upaya manusia, melainkan dari kuasa Roh Kudus (lihat pembahasan Buah Roh).

· Yang terakhir, dosa membawa pada kebinasaan (ayat 21b). Di teks ini Paulus secara tegas mengatakan bahwa siapa saja yang melakukan perbuatan-perbuatan daging tidak akan masuk ke dalam kerajaan Allah. Paulus tentu saja tidak sedang mengajarkan bahwa keselamatan seseorang ditentukan oleh perbuatan orang itu. Keselamatan adalah pemberian secara cuma-cuma dari Allah melalui Yesus Kristus.

· Walaupun demikian, kita juga perlu menandaskan bahwa perbuatan-perbuatan seseorang merefleksikan keadaan rohani orang itu. Siapa saja yang sudah menjadi milik Kristus berarti ia sudah menyalibkan hawa nafsunya (ayat 24). Ia tidak akan menuruti (lit. “menggenapkan” atau “menyelesaikan”) keinginan daging (ayat 16).

· Sebaliknya, orang yang belum menjadi milik Kristus akan melakukan perbuatan-perbuatan daging (ayat 21b). Ia akan melakukannya bukan hanya sekali atau dua kali, melainkan berkali-kali dan terus-menerus. Itulah maksud Paulus di ayat 21b. Kata Yunani hoi prassontes menunjuk pada orang-orang yang terus-menerus melakukan perbuatan-perbuatan daging. Peringatan ini pun sudah disampaikan sebelumnya (“Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu seperti yang telah kubuat dahulu”). Tampaknya peringatan Paulus yang dahulu tidak mendapat respon positif dari beberapa jemaat Galatia.

Buah Roh (ayat 22-23)

· Paulus pasti memiliki maksud tertentu pada saat ia memilih istilah “buah Roh”. Ia bisa saja menggunakan “perbuatan-perbuatan Roh” atau “buah kesalehan” atau istilah-istilah lain. Ada beberapa hal menarik dari penggunaan ungkapan ini.

· Yang pertama adalah kata “buah” (karpos). Penggunaan istilah ini jelas dimaksudkan sebagai kontras terhadap “perbuatan” (buah Roh versus perbuatan daging). Kata “buah” menyiratkan ketergantungan pada pohon sebagai penopang (bdk. Yoh 15:4-5). Itulah yang ingin ditekankan Paulus di Galatia 5:22-23. Beberapa kali ia mengatakan “dipimpin oleh Roh” (ayat 18, 25), bukan “mengikuti Roh”. Ungkapan “mengikuti Roh” masih memberi ruang terlalu besar untuk usaha manusia.

· Apakah hal ini berarti bahwa manusia tidak perlu berusaha sama sekali? Sama sekali tidak! Kita perlu “hidup oleh Roh” (ayat 16, 25). Terjemahan LAI:TB di ayat 18 “memberi dirimu dipimpin oleh Roh” mungkin bisa memberi pencerahan yang bermanfaat. Jika Paulus ingin mengajarkan posisi manusia yang sangat pasif, ia bisa saja menggunakan ungkapan “perbuatan Roh,” namun bukan itu yang ia hendak sampaikan. Kita tetap mengemban tanggung-jawab, yaitu membiarkan diri hidup dipimpin oleh Roh.

· Hal menarik kedua tentang ungkapan “buah Roh” masih berpusat pada kata “buah”. Berbeda dengan sebuah “perbuatan” yang dapat langsung dilakukan atau dihasilkan, “buah” menyiratkan sebuah proses. Ayat 24-25 menyinggung tentang hal ini. Pada saat kita menjadi milik Kristus (pada saat pertobatan melalui karya Roh), kita sudah menyalibkan hawa nafsu dan keinginannya (ayat 24). Namun, pergumulan rohani tidak berhenti sampai di situ saja. Kita selanjutnya perlu dipimpin oleh Roh (ayat 25) sehingga hidup kita menghasilkan buah Roh. Jadi, ada sebuah proses yang perlu dijalani. Ada jarak tertentu yang perlu ditempuh.

· Kebenaran ini perlu dipahami dengan baik. Sebagian orang Kristen tidak mau bertumbuh. Sebagian lagi mengharapkan perubahan hidup yang cepat dan mudah. Mereka malas bergumul melawan dosa. Mereka berharap pada “mujizat transformasi” yang tidak memerlukan pergumulan rohani yang serius. Ini sikap yang keliru. Ada proses panjang – dan terkadang menyakitkan – yang perlu dijalani dan dinikmati. Roh Kudus akan memberi kekuatan dan penghiburan di sepanjang jalan.

· Hal menarik terakhir dari ungkapan “buah Roh” adalah bentuk tunggal pada kata “buah”. Hal ini jelas dimaksudkan sebagai kontras terhadap bentuk jamak “perbuatan-perbuatan daging” di ayat 19-21. Paulus sedang membicarakan “buah Roh” (kesatuan dan keutuhan), bukan “buah-buah Roh” (keragaman).

· Lebih daripada sekadar pertimbangan gramatikal, Paulus memiliki maksud teologis tertentu melalui penggunaan bentuk tunggal tersebut. Jika ia menggunakan bentuk jamak (“buah-buah Roh”), maka memiliki satu saja sudah cukup untuk dikatakan bahwa orang itu dipimpin oleh Roh. Namun, bukan itu yang menjadi maksud Paulus. Seseorang yang dipimpin oleh Roh akan menunjukkan semua rasa dalam satu buah itu. Hidup yang dikuasai oleh Roh akan diwarnai dengan semua hal berikut ini: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri.

· Semua penjelasan di atas berguna untuk menegaskan keunikan konsep Alkitab tentang perbuatan baik. Alkitab memberikan pandangan yang seimbang antara anugerah Allah dan tanggung-jawab manusia. Yang satu tidak meniadakan yang lain. Ajaran lain cenderung anthroposentris, namun ajaran Alkitab bersifat theosentris. Siapkan kita bersandar penuh pada kuasa Roh Kudus dan setia menjalani proses pengudusan bersama Dia? Soli Deo Gloria.

Tindakan saling membantu dalam Galatia 6:1-10

· Pada awal pasal enam, Paulus memberikan nasihat spiritualitas untuk dikerjakan jemaat Galatia sebagai tanggung jawab mereka sebagai orang percaya. Terlihat jelas bagaimana tanggung jawab rohani yang harus dikerjakan adalah dengan membantu sesama yang terjerumus di dalam dosa, sehingga ada pemulihan yang diberikan kepadamereka (6:1), bahkan tindakan saling menanggung beban ini menjadi bagian dalamkehidupan spiritualitas yang benar (6:2), di mana hal tersebut terwujud ketika kitamenolong orang lain yang membutuhkan pertolongan.

· 25

· Oleh karena itu Paulusmengingatkan bahwa orang-orang yang memiliki spiritualitas yang baik dapatmenolong sesama yang terjatuh dalam dosa dengan sikap lemahlembut. Namun Paulusjuga tetap memberikan suatu nasihat untuk tetap mengawasi diri sendiri supaya tidaktergoda dari hal-hal yang mengakibatkan kejatuhan dalam dosa (6:4).

Oleh karena itu Paulus menegaskan bahwa perlu untuk setiap orang percaya akan Injil dan hidup dalam pimpinan Roh, sehingga terjadi suatu pemulihan dalam diri setiap orang.

Maka tindakan yang seharusnya dilakukan adalah dengan menolong sesamayang jatuh dalam dosa sebagai sikap solidaritas dan kepedulian terhadap sesama yanghidup di dalam Kristus. Paulus menekankan bahwa saling menolong dalam menanggungbeban orang lain dan juga memperhatikan beban diri sendiri menjadi salah satu respondalam memenuhi hukum Kristus.

Akan tetapi Paulus juga memperlihatkan bagaimanaseharusnya tindakan melakukan hukum Kristus terwujud dengan tidak merasa dirihebat atau meninggikan diri sehingga hal tersebut menjadi tolok ukur melihat sesamayang jatuh dalam dosa. Oleh karena itu Paulus menegaskan bahwa perlunya pengujiandiri dihadapan Allah, sehingga hal tersebut membawa pada satu pemahaman akanhidup di dalam kasih karunia Kristus (6:3-5)

Penulis dalam hal ini menyimpulkanbahwa pengujian diri kepada Kristus memperlihatkan bahwa setiap orang percayadapat mengetahui kekuatan serta kelamahannya, sehingga kerendahan hati dapatmuncul dengan apa adanya.Tidak hanya melihat kepada pengujian diri, tetapi Paulus juga menekankanbahwa perlunya setiap orang percaya yang telah mendengar Injil dapat saling berbagisatu dengan yang lainnya (6:6). Dalam bagian ini maksud saling berbagi tersebut dapatmerujuk kepada hal-hal yang bersifat rohani seperti saling berbagi Firman ataupun hal-hal yang bersifat materi terhadap orang yang mengajarkan Firman tersebut.

Paulusmenggambarkan hal tersebut layaknya seorang pendeta dan jemaat, dimana keduanyadapat saling berbagi Firman atau juga materi tetapi dengan kapasitas yang berbeda, dimana seorang pendeta lebih banyak berbagi dalam hal ini Firman.

Dalam hal initerlihat juga bahwa konteks pengajaran Firman yang dimaksudkan yaitu pengajaranakan pesan dari kehidupan Kekristenan yang berdasarkan kebenaran Firman yangdapat dilakukan melalui kegiatan Katekisasi sebagai salah sarana dalam mewujudkanpengajaran akan Firman tersebut.Maka dapat dilihat bahwa tindakan saling berbagi khususnya dalam hal membagikan Firman memperlihatkan tindakan kasih satu samalain sebagai wujud dari tindakan saling membantu dalam pertumbuhan spiritualitas.Namun ditengah penekanan Paulus akan tindakan saling membantu, muncul suatu peringatan yang Paulus berikan, yaitu tentang Allah mengetahui setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia, baik yang benar maupun yang salah . Paulus memperlihatkan bahwa tindakan apa pun yang dikehendaki diri tanpa pertanggung jawaban adalah pemikiran yang salah yang berujung hukuman.

Oleh karena itu Paulus memberikan cara dalam mengatasi hal tersebut, yaitudengan hidup di dalam pimpinan Roh sehingga apa yang dimakudkan Paulus denganmemperoleh hidup yang kekal dapat diterima oleh setiap orang yang memberikanhidupnya dipimpin oleh Roh dan bukan daging. Dan mereka yang memberi hidup untukmenyenangkan apa yang menjadi kehendak Roh akan menuai kehidupan kekaltersebut.

Karena itu pada akhir dari bagian ini Paulus kembali mengingatkan bahwapertumbuhan spiritualitas yang benar tidak akan terjadi begitu saja melainkan melaluitindakan yang nyata dengan dorongan yang besardalam dirisetiap orang percaya.

Sebab Paulus menasihatkan agar tidak jemu-jemu atau tidak bosan untuk melakukantindakan kebaikan bagi setiap orang khususnya sesama orang percaya, di mana haltersebut dapat diwujudkan melalui suatu tindakan saling membantu dalam spiritualitasseperti mendoakan komunitas atau orang yang ada disekitar, serta memberikan kabarbaik tentang Yesus Kristus. Bahkan hal-hal sederhana seperti memberi makan, memberiminum, keramahtamahan dan hal lainnya,sebagai bentuk tindakan kasih yang didalamnya pemenuhan hukum Kristus tercapai dan menuai kehidupan kekal sebagaihasil akhir.

Tugas

1. Baca materi yang ada dan sebutkan masalah-masalah yang dihadapi Paulus dalam surat Galatia

2. Jelaskan apa yang dimaksud dari hanya satu injil dalam Galatia pasal 1

3. Jelaskan apa arti hidup menurut Roh dan hidup menurut daging

4. Sebutkan nesehat-nasehat untuk saling membantu dalam Galatia 6

5. Sebutkan dan jelaskan arti dari buah-buah roh dalam surat Galatia.

2,237 views0 comments

Recent Posts

See All

コメント


bottom of page