top of page
Writer's picturesmtk kotakupang

Surat Roma

Mata Pelajaran : IPAL

Kelas : XII/Ganjil

Alokasi Waktu : 4 Jam Pelajaran

Pertemuan ke : 3

Materi Pembelajaran : surat-surat proto Paulus



Surat Roma

1. Pendahuluan untuk Surat Paulus kepada Jemaat di Roma

Surat kepada orang-orang Roma adalah yang terpanjang di antara surat-surat Paulus dan dianggap oleh banyak orang sebagai surat terhebatnya. Surat ini memuat penjelasannya yang paling lengkap tentang ajaran pembenaran melalui iman kepada Yesus Kristus alih- alih melalui pelaksanaan hukum Musa. Itu memuat banyak ajaran mengenai ajaran-ajaran keselamatan dan penerapan praktis dari ajaran-ajaran itu pada kehidupan sehari-hari. Melalui penelaahan mereka terhadap kitab ini, siswa dapat memperoleh apresiasi yang lebih besar bagi Pendamaian Yesus Kristus serta bagi harapan dan kedamaian yang dapat semua orang temukan di dalam Kristus.

2. Siapa yang menulis kitab ini?

Rasul Paulus adalah penulis Surat kepada Jemaat di Roma (lihat Roma 1:1). Dalam menulis surat ini, Paulus menggunakan bantuan seorang juru tulis, Tertius, yang menuliskan ucapannya sendiri kepada Orang Suci Roma menjelang akhir surat tersebut (lihat Roma 16:22).

3. Kapan dan di mana itu dituliskan?

Paulus menuliskan suratnya kepada orang Roma dari Korintus menjelang akhir dari perjalanan misionaris ketiganya. Beberapa petunjuk menyarankan bahwa Paulus menuliskan surat ini selama tiga bulan dia tinggal di Korintus (lihat Kisah Para Rasul 20:2–3; istilah Yunani dalam ayat-ayat ini merujuk pada Korintus), kemungkinan antara 55 dan 56 M. (Lihat Penuntun bagi Tulisan Suci, “Surat-Surat Paulus.”)

4. Kepada siapa kitab ini dituliskan dan mengapa?

Surat kepada orang Roma ditujukan kepada para anggota Gereja di Roma (lihat Roma 1:7). Asal usul Gereja di Roma tidak diketahui namun kemungkinan dimulai segera setelah hari Pentakosta, ketika orang Yahudi yang berkunjung dari Roma mendengar Petrus berkhotbah (lihat Kisah Para Rasul 2:10). Meskipun Paulus belum pernah ke Roma, dia menuliskan salam kepada Orang Suci tertentu yang dikenalnya baik melalui perkenalan sebelumnya ataupun melalui orang lain yang pernah tinggal di Roma, seperti Priskila dan Akwila (lihat Kisah Para Rasul 18:1–2, 18; Roma 16:1–16, 21)

ada tiga alasan utama mengapa Paulus mengirimkan surat kepada orang Roma:

1. Untuk bersiap bagi kedatangan masa depannya di Roma.

Selama bertahun-tahun Paulus berkeinginan untuk mengkhotbahkan Injil di Roma (lihat Kisah Para Rasul 19:21; Roma 1:15; 15:23). Dia juga berharap Gereja di Roma akan berfungsi sebagai dasar dari mana dia dapat melayani misi ke Spanyol (lihat Roma 15:22–24, 28).

2). Untuk mengklarifikasi dan membela ajaran-ajarannya. Paulus menghadapi penentangan berulang dari individu-individu yang salah paham akan atau menyimpangkan ajarannya mengenai hukum Musa dan iman kepada Kristus (lihat Kisah Para Rasul 13:45; 15:1–2; 21:27–28; Roma 3:8; 2 Petrus 3:15–16). Paulus terbukti memiliki alasan untuk menduga bahwa kesalahpahaman semacam itu telah sampai kepada anggota Gereja di Roma, maka dia menulis untuk mengatasi masalah apa pun sebelum dia tiba.

3). Untuk meningkatkan persatuan di antara anggota Gereja yang orang Yahudi dan orang bukan Israel.

Tidak lama sebelum Paulus menulis surat ini, orang Kristen Yahudi yang telah dikeluarkan dari Roma oleh Kaisar Klaudius (lihat Kisah Para Rasul 18:2) mulai kembali ke Roma dan ke jemaat-jemaat yang sebagian besar adalah orang Kristen bukan Israel. Situasi ini mungkin telah membangkitkan sejumlah ketegangan dan masalah di antara orang Kristen Yahudi dan bukan Israel. Sebagai “rasul untuk bangsa-bangsa bukan Yahudi” (Roma 11:13), Paulus berupaya untuk mengintegrasikan orang insaf bukan Israel ke dalam Gereja; tetapi sebagai orang Yahudi (lihat Roma 11:1), Paulus juga merasakan hasrat yang besar bagi bangsanya sendiri untuk menerima Injil. Paulus mendorong persatuan Gereja dengan mengajarkan bagaimana asas-asas Injil berlaku bagi semua Orang Suci (lihat Roma 3:21–4:25; 11:13–36; 14:1–15:13).

5. Yang menonjol dari kitab ini adalah

Setelah salam pembukaan, surat tersebut dimulai dengan pernyataan dari temanya: “Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan” bagi semua yang “hidup oleh iman” kepada Yesus Kristus (Roma 1:16–17).

Garis Besar dari surat Roma

1. Roma 1–3 Paulus menjelaskan ajaran pembenaran melalui iman kepada Yesus Kristus. Paulus mendefinisikan penderitaan penuh dosa yang dihadapi seluruh umat manusia dan mengajarkan bahwa solusi Allah untuk masalah ini bagi semua orang adalah Pendamaian Yesus Kristus. Melalui setia menerima Pendamaian Kristus, seluruh umat manusia dapat dibenarkan (diampuni) dan menerima keselamatan.

2. Roma 4–8 Paulus mengutip teladan Abraham untuk mengilustrasikan ajaran pembenaran melalui iman. Dia memaparkan ajaran-ajaran keselamatan dan mengajarkan bagaimana ajaran-ajaran itu berdampak terhadap kehidupan semua yang memiliki iman kepada Kristus.

3. Roma 9–16 Paulus menulis mengenai status terpilihnya Israel, menyajikan penolakan terhadap Injil, dan keselamatan pada akhirnya. Paulus menasihati anggota Gereja orang Yahudi dan orang bukan Israel untuk menjalankan Injil agar akan ada kedamaian dan persatuan dalam Gereja. Dia memohon kepada para Orang Suci di Roma untuk terus menaati perintah-perintah.

Surat Roma ditulis oleh Paulus dari Korintus kepada jemaat di Roma, kira-kira pada tahun 56-58 M sewaktu ia berada dalam perjalanan penginjilan yang ketiga (Kis. 18:23b – 21:16).

Surat Roma ditulis oleh tangan Tertius (16:22) sementara Paulus tinggal di rumah Gaius (16:23) dan diantar ke Roma oleh seorang wanita yang bernama Febe (16:1-2). Febe berasal dari Kengkrea, kota pelabuhan yang dekat dengan Korintus. Pada waktu Paulus menulis surat ini, walaupun ia memiliki banyak sahabat dan rekan kerja di Roma, ia sendiri belum pernah sempat mengunjungi Roma. Paulus sudah sangat rindu untuk mengunjungi Roma secara langsung karena mendengar tentang iman jemaat di Roma (1:8). Ia sudah mendengar kabar bahwa jemaat itu penuh dengan kebaikan dan segala pengetahuan dan sanggup untuk saling menasihati (15:14). Ia sangat ingin mengimpartasikan karunia rohani kepada mereka. Namun sebelum berkesempatan mengunjungi jemaat di Roma, ia lebih dulu menjelaskan kepada mereka prinsip-prinsip dasar dari Injil melalui suratnya.

Paulus memahami latar belakang jemaat Roma. Sebagian di antara anggota jemaat di Roma adalah orang-orang kafir yang sudah bertobat dan dan sebagian lain adalah orang-orang Yahudi. Semuanya menjadi pengikut Yesus, tetapi kemudian muncul persoalan dan pertentangan di antara mereka. Paulus menulis kepada jemaat Roma supaya baik orang kafir maupun orang Yahudi dapat sungguh-sungguh mengerti inti dan makna Injil, supaya yang kafir jangan kembali kepada kekafiran dan yang Yahudi jangan kembali kepada kehidupan di bawah Hukum Taurat. Paulus ingin agar setelah mengerti Injil, mereka bersama-sama menjadi satu umat yang menikmati kuasa Injil.

Di dalam surat Roma, lebih dari 70 kali Paulus mengutip dari Perjanjian Lama, yaitu dari tulisan Musa, dari Mazmur, dari kitab nabi-nabi, dan dari kitab sejarah. Ini dilakukannya karena ia ingin memberikan penekanan khusus sejak di bagian awal suratnya bahwa Injil pertama disampaikan kepada orang Yahudi dan baru sesudah itu kepada orang Yunani (Roma 1:16). Sebagaimana Firman Tuhan pertama datang kepada orang Yahudi dalam Perjanjian Lama, Injil pun lebih dahulu diberitakan kepada orang Yahudi. Perjanjian Lama menjadi dasar untuk Perjanjian Baru.

Surat Roma memang ditulis untuk menjelaskan Injil (Roma 1:16-17). Di dalamnya ada prinsip-prinsip dasar pengajaran Injil, yaitu: dosa, kebenaran, iman, pertobatan, keselamatan, kasih karunia dan cara hidup pengikut Injil Kristus. Surat Roma merupakan kunci yang membuka pengertian akan Injil. Prinsip-prinsip ini ditulis bukan hanya untuk dipahami oleh orang Roma yang hidup kira-kira 2000 tahun yang lalu, tetapi juga untuk pemahaman kita yang hidup pada zaman sekarang.

· Hal pertama yang Paulus ingin supaya kita mengerti adalah dosa. Injil tidak dapat dimengerti kecuali kita lebih dahulu menyadari dengan jelas bahwa semua manusia adalah orang berdosa yang perlu menerima keselamatan.

Dalam pasal 1-3, Paulus menjelaskan makna dosa. Dengan sangat jelas, kita dihadapkan dengan kenyataan bahwa semua orang sudah berdosa, baik orang kafir maupun orang Yahudi. Kita melihat bagaimana manusia yang tidak mau percaya kepada Tuhan terjun ke dalam segala macam kejahatan.

Pelajari Roma 1:18-32 dan perhatikan bagaimana manusia terjerumus ke dalam dosa.

Pasal 2 menjelaskan bahwa orang Yahudi walaupun mengenal, mengajar dan berusaha melakukan Hukum Taurat, masih tetap hidup dalam dosa. Segala usaha untuk menggenapi Hukum Taurat, semua perbuatan dan usaha ketaatan ternyata masih belum sanggup untuk menjadikan manusia benar.

Dalam pasal 3 Paulus menuliskan kesimpulan bahwa tidak ada orang yang benar, tidak ada satupun! Keselamatan dan kebenaran hanya diperoleh berdasarkan iman!

· Yang kedua, Paulus ingin supaya kita mengerti akan kebenaran. Dalam pasal 4-5 dijelaskan bagaimana kebenaran datang hanya oleh iman dan bukan oleh perbuatan Hukum Taurat. Inilah inti Injil: kebenaran oleh iman, bukan oleh perbuatan.

Selain itu Paulus juga menjelaskan bagaimana Abraham (menurut kitab Kejadian) dan Daud (menurut kitab Mazmur) juga dibenarkan oleh iman. Dari kehidupan mereka juga ditunjukkan bagaimana orang kafirpun boleh diselamatkan. Daud dibenarkan walaupun dia berdosa, karena dosanya diampuni oleh anugerah, kasih karunia Allah yang diberikan kepada orang yang percaya (4:6-8). Abraham dibenarkan oleh iman sebelum disunat (4:12) dan sebelum Hukum Taurat diberikan (4:13). Adam adalah manusia pertama yang berdosa dan dihukum dan Kristus digambarkan sebagai Adam kedua yang hidupnya benar dan membawa keselamatan dan kehidupan yang kekal (5:12-21).

· Yang ketiga, Paulus ingin supaya kita mengerti akan kehidupan. Menurut pasal 6 kita dipanggil untuk hidup bebas dari kuasa dosa. Dalam baptisan kita mati dan dikuburkan dengan Kristus dan dibangkitkan untuk mengalami hidup yang baru, bebas dari kuasa dosa dan maut sebagai hamba Kristus, bukan lagi hamba dosa.

Menurut pasal 7 kita dapat hidup bebas dari kuasa Hukum Taurat. Hukum Taurat hanya menuduh, menghakimi dan mengikat kita dengan menunjukkan bahwa kita adalah orang berdosa yang patut dihakimi dan tidak berkuasa. Hukum itu sama sekali tidak dapat membenarkan, tidak dapat mengimpartasikan kebenaran dan tidak dapat memerdekakan dari dosa.

Menurut pasal 8 kita dapat hidup bebas dari kuasa daging, yaitu hawa nafsu dosa atau manusia lama. Roh Kudus di dalam kita menyaksikan bahwa kita bukan hanya anak-anak manusia melainkan kita juga adalah anak-anak Allah. Kita hidup dalam Roh. Kita hidup penuh dengan pengharapan akan kemuliaan Allah. Di sini dinyatakan maksud abadi Allah. Segala makhluk pun bersama kita sedang merindukan dan menanti-nantikan kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah.

Ada dua hal yang diperhadapkan kepada manusia mengenai tujuan hidupdan kedua al ii bertetntangan dan berlawanan tidak bisa disatukan yaitu

1. Hidup menurut daging

Hidupmenurut daging ebih gampang an mudah dilaksanakan daripada hidupmenurut roh Alah. Hal ini disebabkan karena keinginan daging lebih nikmatdi bui dibandingkan keinginan roh. Manusia juga masih hidup dalam daging dan masih banyak godaan dan cobaan yang menyangkut hal-hal daging. Tabiat-tabiat daging (dosa) sudah ada daa diri manusia sehingga hal itu ang menyebabkan orang percaya sulit untuk hidup menurut roh Allah.

Hidup menurut daging berarti memikirkan hal-hal yang dari daging ( Rm 8: 5). Misalnya matei, kekayaan, kekuasaan dll. ( lih. Gal. 5:19-21)

Keinginan daging adalahperseteruan dengan Allah karena ia tidak takluk kepada hukum Allah (Rm 8:7). Hidup dalamhukum Allah adalah kekal sedangkan hidup dalam daging adalahkematian(Rm. 8:13)

2. Hidup menurut Roh Allah

Hidup menurut roh Allah artinya ro memberi hidup telah memerdekakan kita dalam Kristus Yesus dari hukum dosa dan hukum maut (Rm 8: 2)

Dosa ada dasarnya membuat manusia akhitrnya mengalami kematian namun akirnya roh Allah itu menghidupkan kehidupan manusia dan melepaskan dar setiap belenggu-belenggu dosa dan kematian.

Manusia yang sudah hidup dalam Roh Allah memikirkan hal-hal yang dari roh. (Rm 8: 5; Galatia 5: 22-26).

Intinya adalah bahwa hidup menurut daging adalah hidup dalamkenikmatan semata yang mengarah kepada kebinasaan. Seangkan hidup menurut roh Allah adalah hidup daamkehendak Allah dan hukumnya Allah tanpa ada unsur kedagingan. Sebab kedua hal ini tidak bisa disatukan. Arahnya kepada kehidupan kekal.

v Di pertengahan surat Roma ada tiga pasal yang berbicara tentang bangsa Israel, umat pilihan Tuhan. Ketiga pasal ini sangat penting sebagai tema inti dalam Perjanjian Baru, yaitu, umat Allah terdiri dari orang Yahudi dan orang kafir yang semua dipersatukan menjadi satu umat pilihan Allah, satu bangsa yang kudus.

Ada penjelasan bagaimana Israel adalah bangsa yang terpilih dan memiliki perjanjian Allah untuk menjadi anak, kemuliaan, perjanjian-perjanjian, Hukum Taurat, ibadah, dan janji-janji dan bagaimana mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, dan menurunkan Mesias dalam wujudNya sebagai manusia. Namun Israel yang sebenarnya tidak didasarkan daging atau perbuatan Hukum Taurat tetapi berdasarkan anugerah dan kehendak Allah (pasal 9). Israel kemudian menjadi “bangsa yang tidak taat dan yang membantah” dan menolak Firman yang disampaikan kepada mereka (pasal 10). Namun mereka sendiri tidak ditolak oleh Tuhan. Ada suatu sisa dari antara mereka yang tinggal karena kasih karunia.

Umat Allah diibaratkan sebagai pohon zaitun asli (bangsa Israel) yang dipotong cabangnya, (orang Yahudi yang tidak percaya) kemudian cabang dari pohon zaitun liar (orang kafir) dicangkokkan ke dalam pohon asli itu, membentuk satu pohon yang disebut sebagai “semua Israel” (pasal 11).

Dengan semua kebenaran Injil yang sudah dijelaskan ini, Paulus menganjurkan umat Tuhan untuk hidup berpadan dengan Injil. Kita dipanggil untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai korban persembahan yang hidup (12:1-2). Selain itu kita juga dipanggil hidup sebagai anggota Tubuh Kristus dengan menggunakan karunia masing-masing yang berbeda dan saling memberi dan menerima di dalam persekutuan Kristus (12:3-21) Kita juga dipanggil hidup sebagai anggota masyarakat yang tunduk kepada pemerintah dengan taat kepada otoritas dan bayar pajak. Seperti inilah cara hidup kita sebagai orang-orang yang sudah mengalami kebenaran Injil. Semuanya ini kita lakukan bukan karena tuntutan Hukum Taurat, tetapi karena status dan posisi kita sebagai pengikut Tuhan Yesus Kristus yang diperlengkapi didalam Dia, hidup dalam terang dan sadar bahwa waktu sudah singkat karena Dia akan segera datang kembali (pasal 13).

Dijelaskan juga oleh Paulus bahwa kita bertanggung jawab kepada saudara-saudara kita. Kita tidak hidup untuk diri sendiri tetapi untuk Tuhan dan karena itu kita perlu memperhatikan saudara yang lemah.

Masalah seperti sabat, makan daging yang dipersembahkan kepada berhala, minum anggur, dll, perlu diselesaikan bukan dengan perdebatan tentang Hukum Taurat tetapi oleh prinsip kasih kepada saudara-saudara kita. Karena itulah, kita tidak boleh menghakimi atau menghina saudara lain walaupun ada perbedaan pendapat (pasal 14).

Kita hidup bersama oleh iman dan kasih Kristus, bukan oleh Hukum Taurat.

Paulus menutup suratnya dengan menganjurkan jemaat Roma untuk tetap hidup dalam kasih persaudaraan (pasal 15). Ia juga secara khusus mengirimkan salam kepada 26 orang, laki-laki dan perempuan, yang telah dikenalnya. Kita dapat melihat di sini bahwa Paulus menghargai hubungan pribadi dengan masing-masing orang dan mengasihi mereka secara personal. Di antara mereka yang dikirimi salam oleh Paulus ini ada rekan-rekan sekerjanya, ada anggota keluarganya, maupun teman-teman selama di penjara.

Dari pasal ini kita dapat melihat bahwa jemaat di Roma terdiri dari beberapa persekutuan orang Kristen yang berkumpul di rumah-rumah, yaitu gereja-rumah Jemaat ini tidak terdiri dari kumpulan besar di satu gedung gereja. Juga perhatikan bahwa tidak ada satu “gembala” atau “pendeta” khusus yang memimpin jemaat di Roma, tetapi ada kepemimpinan yang majemuk (pasal 16).

108 views0 comments

Recent Posts

See All

תגובות


bottom of page