Pertemuan ke-12
11 November 2020
A. Pengertian Teks Anekdot
Teks Anekdot adalah cerita singkat yang di dalamnya mengandung unsur lucu dan mempunyai maksud untuk melakukan kritikan. Teks anekdot biasanya mengkritik tentang layanan publik, politik, lingkungan, dan sosial.
B. Ciri-Ciri
Untuk membedakan teks ini dengan teks tantangan maupun teks lain, kalian perlu mengetahui ciri-cirinya. Ciri-ciri teks anekdot sangat khusus dan mudah dipahami, berikut ini:
· Bersifat humor atau lucu.
· Bersifat menggelitik, bisa membuat pembaca merasa terhibur.
· Bersifat menyindir.
· Bisa jadi mengenai orang penting.
· Memiliki tujuan tertentu.
· Cerita yang disampaikan hampir mirip dongeng.
· Cerita mengenai karakter hewan dan manusia sering terhubung secara umum dan terlihat nyata.
C. Tujuan Teks Anekdot
Seperti teks lainnya, teks ini juga mempunyai tujuan yang ditujukan kepada para pembaca terhadap setiap cerita singkat lucu dan menyindir nya.
Tujuan yang ingin dicapai merupakan latar belakang penulis atau pengarang untuk membuat teks anekdot yang lucu dan bisa menyindir. Berikut ini tujuannya:
· Menghibur pembaca.
· Membangkitkan tawa para pembaca.
· Sarana untuk mengkritik dan menyindir.
· Menggambarkan karakter-karakter dengan singkat dan langsung pada intinya.
C. Struktur Teks Anekdot
Sangat berbeda dengan struktur teks ulasan, anekdot mempunyai 7 struktur yang membangun teks tersebut sehingga menjadi utuh. Berikut ini 7 struktur penyusunnya:
1. Orientasi: bagian isi berisi awal mula atau latar belakang terjadinya suatu peristiwa.
2. Komplikasi/Krisis: berisi mengenai masalah yang muncul yang terjadi dalam teks.
3. Reaksi: berisi langkah penyelesaian masalah yang muncul dalam bagian krisis.
Contoh Teks Anekdot Menyindir Mantan
Teman Belajar
Orientasi
Minggu pagi Bimo sedang berjogging di Saparua, lapangan olahraga favoritnya. Dari keajauhan ia melihat seseorang yang tampak familiar. Ternyata orang itu adalah teman SMA-nya yang sudah lama tak dijumpainya.
Komplikasi / Krisis
Ia juga adalah mantan tambatan hatinya, Ria. Ria tengah berlari bersama seorang pria yang sosoknya tidak dikenal oleh Bimo. Tak lama Bimo melihat mereka berdua berhenti berlari dan bergandengan tangan.
Bimo: “Lho, Ria, Apa kabar?” sapa Bimo.
Ria: “Eh, Bimo… baik. Ria membalas sambil melepaskan genggaman tangan pria yang bersamanya”
Bimo: “Sama siapa? Temen belajarnya ya?” balas Bimo.
Ria: “Ngga juga sih, ya temen aja”.
Bimo: “Oh, kirain temen belajar”.
Reaksi
Ria kemudian berpamitan dan pergi dengan wajah yang tersipu malu. Bimo pun pergi sambil terkikih mengingat alasan Ria yang memintanya putus. Ria mengungkapkan bahwa alasannya adalah untuk fokus belajar. Padahal Bimo sudah mengetahui alasan yang sebenarnya; pria yang bersama Ria tadi.
Teks Anekdot Sosial
Lebih Panas dari Matahari
Hari ini terasa lebih panas dari biasanya. Kaki Roni sudah tidak mampu menahan badannya lagi. Ia memutuskan untuk duduk di halte bus tua yang sudah tak digunakan lagi. Tak lama, seseorang bertopi duduk di sebelahnya.
Bapak paruh baya itu tidak memperlihatkan kerutan keluh terhadap teriknya matahari seperti Roni. Padahal ia mengenakan jaket yang cukup tebal. Profil wajahnya tertutupi oleh topi safari lusuh dan sebagian mulutnya tertutup syal bermotif batik.
Keheranan melihat sosok misterius itu, Roni menyapanya dengan sedikit niat basa-basi.
Roni: “Panas sekali ya pak hari ini”
Pria Misterius: “Ya” jawabnya dingin.
Roni: “Bapak tidak gerah mengenakan syal dan jaket tebal itu?”
Pria Misterius: “Tidak” jawabnya singkat.
Roni: “Kan sedang panas pak, bukankah seharusnya gerah?”
Pria Misterius itu terdiam dan masih belum menorehkan wajahnya sedikit pun ke hadapan Roni. Wajahnya datar dan tidak menunjukkan emosi apapun.
Roni tak ambil pusing dengan sikap sosok tua itu dan merogoh HP di dalam sakunya. Tak butuh waktu lama ia terhipnotis asyik menggulirkan umpan berita dalam aplikasi sosial medianya.
Kemudian, sosok misterius di sebelahnya itu memalingkan wajahnya sambil menghembuskan nafas panjang. Ia lantas menolehkan pandangannya pada gawai Roni sambil berkata “Menurutku apa yang sedang kamu baca itu jauh lebih panas”.
Roni agak terkejut mendengar perkataan itu dan kebingungan dengan perkataan orang tua itu. Namun selang beberapa detik kemudian ia menyeringai dan tertawa kecil diselingi hembusan udara yang lebih banyak dari tawanya. “Bapak ini bisa saja”.
SOAL
1. Bacalah materi teks anekdot dengan saksama!
2. Tentukanlah struktur dari teks anekdot sosial (Lebih Panas dari Matahari) dia atas?
Kerjakan dan kirimkan hasilnya ke nomer WA guru mata pelajaran 085239552340 (Ibu Welly)
Comments