top of page

Misiologi XI (Tantangan dan Model misi secara kontekstual)



Materi

Tantangan-tantangan misi secara kontekstual dan

model-model pendekatan secara kontekstual


A. Tantangan misi secara kontekstual

Banyak Tantangan untuk Para Pekerja Lintas Budaya

Di Indonesia, banyak suku-suku terabaikan membutuhkan para pengerja Injil yang dapat memberkati mereka dengan Kabar Baik tentang Tuhan Yesus, Juru Selamat dunia. Sayangnya, tidak banyak orang yang bersedia mengabarkan Injil dan mendirikan jemaat lintas budaya. Mereka yang bersedia pun menghadapi bermacam-macam tantangan. Boleh dikatakan, mereka yang melayani suku-suku terabaikan umumnya kurang disokong oleh gereja-gereja atau organisasi Kristen yang mengutus mereka. Mereka membutuhkan dukungan doa, dana, dan persekutuan yang menguatkan jiwa, perasaan, dan kerohanian mereka.

Pelayanan lintas budaya adalah tantangan yang cukup rumit dan berat. Pada umumnya, kita kurang mengerti bahwa setiap orang yang melayani suku lain harus belajar banyak tentang sifat, bahasa, dan cara hidup suku itu. Jika kita bergaul secara biasa dengan menggunakan bahasa Indonesia saja, maka banyak orang tidak akan mengerti maksud dan tujuan kita. Hal ini dapat diperlihatkan dalam lima pokok berikut.

1. Bahasa

Setiap bahasa yang terdapat di Indonesia mengandung ciri-ciri yang khas. Jika kita bicara soal rohani kepada seseorang, kita harus menguraikannya dengan bahasa yang paling cocok untuk orang itu. Jika tidak demikian, ada kemungkinan besar ia tidak akan menangkap maksud kita.


2. Pandangan Hidup

Pandangan hidup setiap suku terabaikan terdiri dari filsafat dan teologi mereka. Jika mereka memunyai pandangan hidup yang berbeda dari kita, maka mereka akan sukar untuk menerima Injil. Misalnya, jika seseorang memiliki pengertian tentang Tuhan, manusia, dosa, keselamatan, dunia gaib, dan sebagainya yang berbeda dari pandangan dunia Alkitab, ia tidak akan langsung mengerti Injil. Injil memunyai pandangan hidup tersendiri yang harus dijelaskan dengan contoh-contoh yang dapat ditangkap oleh orang itu.


3. Nilai-nilai

Kita harus mempelajari nilai-nilai yang dihargai oleh suku terabaikan itu. Pengertian kita akan nilai-nilai mereka membuka banyak peluang untuk Injil. Kita menghormati nilai-nilai mereka yang baik dan menguatkan nilai-nilai itu yang sesuai dengan pandangan hidup Alkitab.


4. Kepemimpinan

Cara kepemimpinan setiap suku juga memunyai ciri khas yang perlu diperhatikan oleh kita. Jika kita tidak berusaha memimpin jemaat baru dengan cara yang dapat dimengerti dan dihormati oleh mereka, maka mereka tidak akan merasa betah. Para penginjil perlu mempelajari cara kepemimpinan orang-orang yang mereka layani.


5. Organisasi sosial

Sistem organisasi sosial sebuah suku juga penting untuk kita pelajari. Misalnya, hampir setiap suku di Indonesia memegang sistem bapak/anak buah, tapi cara melaksanakannya cukup bervarisasi. Kita harus memerhatikan sistem-sistem sosial, seperti sistem kekeluargaan, sistem pendidikan, dan sistem-sistem masyarakat yang lain. Jika tidak, kita seolah-olah masih berada di luar ruang lingkup kehidupan mereka. Penyesuaian ini tidak begitu mudah dilaksanakan oleh seorang penginjil atau gembala yang berasal dari suku lain.

Kesimpulannya

Tidak heran jika sebagian besar para penginjil dan pendeta yang melayani suku-suku terabaikan tidak bertahan lama dalam pelayanan. Mereka merasa pusing karena tantangan-tantangan yang besar, kurang dibimbing untuk pelayanan yang berat itu, dan kurang didukung oleh gereja dan saudara-saudara seiman. Marilah kita memerhatikan para pekerja lintas budaya, mendoakan, dan menyokong mereka secara khusus agar mereka dikuatkan oleh Tuhan dalam mengemban tugas yang berat itu. Jika kita berusaha mengenal dan membantu para penginjil lintas budaya, kita juga telah mengambil bagian dalam pengabaran Injil kepada orang-orang yang belum pernah mengerti berita tentang Yesus Anak Allah.


B. Model-model pendekatan secara kontekstual


Model-model pendekatan

1. Model Akomodasi

Akomodasi adalah sikap menghargai dan terbuka terhadap kebudayaan asli. Sikap ini dinyatakan dalam bentuk kelakuan, perbuatan, dan perkataan, baik dalam ranah ilmiah maupun praktis. Objek akomodasi adalah kehidupan busaya yang menyeluruh dari suatu bangsa, baik dari segi fisik, sosial, dan ideal. Dalam pendekatan ini, terjadi sebuah pengambilalihan nilai-nilai budaya dan dipadukan dengan nilai-nilai Kristiani. Dengan demikian, terdapat pandangan positif bagi Alkitab.


2. Model Adaptasi

Model ini berbeda dengan model akomodasi. Model ini tidak mengasimilasikan unsur budaya dalam nilai-nilai Kristiani. Model ini menggunakan bentuk atau pemahaman yang ada dalam suatu budaya untuk menjelaskan suatu pemahaman dalam kekristenan. Tujuan dari model ini adalah untuk mengekspresikan dan menerjemahkan Alkitab dalam istilah setempat (indigenous terms). Hal ini dilakukan agar istilah Kristiani tersenut dapat dipahami oleh suatu masyarakat dengan konteks yang berbeda.


3. Model Prossesio

Prossesio adalah sikap yang menanggapi budaya secara negatif. Proses prossesio terjadi melalui seleksi, penolakan, reinterpretasi, dan rededikasi. Kelompok yang menganut model ini memahami bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang telah dirusak oleh dosa. Tidak ada kebaikan di dalam kebudayaan. Model ini juga memahami bahwa hanya Kekristenan dan Alkitab yang kudus dan tidak berdosa.


4. Model Transformasi

Model ini berakar pada pemahaman Richard Niebuhr mengenai Allah dan kebudayaan. Allah dipahami berada di atas kebudayaan. Melalui kebudayaan, Allah berinteraksi dengan manusia. Bila seseorang dibaharui oleh Allah, maka kebudayaan tersebut juga ikut dibaharui.


5. Model Dialektis

Model ini menekankan interkasi yang dinamis antara teks dan konteks. Konsep ini didukung oleh pemahaman yang kuat bahwa kebudayaan juga membawa perubahan. Tidak hanya Kekristenan yang membawa perubahan bagi konteks, tetapi konteks juga memberi perubahan bagi Kekristenan. Contohnya dalam teologi, kebudayaan memberi warna baru bagi teologi dalam usahanya menghadirkan Kekristenan di tengah konteks yang ada.

Soal

1. Jelaskan tantangan misi secara kontekstual

2. Sebutkan model-model kontekstual

464 views0 comments

Comments


bottom of page